Jumat, 12 Oktober 2012

sunday sewing: intimate for SOKOLA

"Indit ngga usah mikirin proposal, jahit aja!" Ini adalah kalimat paling merdu yang aku dengar dari seorang bos - kalau memang mau dilihat secara struktural :P

Ini cerita akhir bulan September kemarin. Weekend yang sibuk. Selain rutinitas beres-beres, weekend itu juga dipenuhi hatchi-hatchi: flu berat. Padahal segala proposal, laporan, dan berbagai pekerjaan memenuhi pikiran. Apalagi untuk menjahit.

Tapi ya, begitulah SOKOLA. Selalu ada ruang untuk diri sendiri. Itu yang paling menyenangkan dari pekerjaan ini. Sekalipun request menjahit itu ada tujuannya. Ini terkait dengan tim The Jungle School yang berangkat ke Bali untuk meramaikan Ubud Writers and Readers Festival. SOKOLA akan punya stand di sana untuk menjual buku, merchandise dan barang-barang lain. Jadilah kami mengumpulkan barang dagangan, agar keuntungannya bisa menjadi donasi untuk SOKOLA.

Jadi inilah yang akhirnya aku jahit untuk SOKOLA: dua buah beach bag kembar motif bolak-balik: tenun sulawesi dan motif surfing turtle yang aku dapet sekitar seminggu sebelumnya di Cipadu. Ohohoho... aku belum cerita ya, kalau ke Cipadu. Iya, Cipadu, meskipun cuma sebentar sekali tapi kura-kura ini langsung memanggil-manggil di sana. Cuma beli satu meter dan langsung habis dijahit dua tas ini.



Kabar baiknya, dua-duanya laku di Ubud. Senang sekali mendengarnya! Langsung besokannya ke Mayestik cari kain untuk bikin tas lagi! Hahahaha...

Nah, yang berikut dijahit di hari yang sama. Tapi hasil merombak sarung bantal kanvas Model folding bag ini sudah lama menari-nari di kepala. Butuh waktu mencari kainnya karena waktu itu sama sekali ngga sempet ke Mayestik untuk cari kain kanvas. Pikir-pikir juga cari motif yang cocok. Eh, ngga sengaja liat sarung bantal ini di Informa, diskon 70% pula. Aku langsung beli yang ukuran 50x50 cm. Tadinya cari bahan kulit untuk talinya, tapi ngga ketemu. Akhirnya pakai webbing biasa karena udah ngga sabar.


Aku puas dengan tas ini, meski ada sedikit kekurangan karena menjahit sambil hatchi-hatchi.

Baiklah, sekarang saatnya kembali ke proposal dan laporan! Welcome weekend!

Selasa, 11 September 2012

september sunday sewing

Akhirnya meluangkan waktu sehari untuk menjahit. Hari minggu lalu, hari yang panas. Karena Dodi sedang keluar kota, aku sangat leluasa menjahit... hehehe... Begitu bangun tidur, bikin teh panas, langsung keluarin kain-kain dan mesin jahit. Ngga mandi, ngga makan, cuma diselingin tiga potong pizzaa sepanjang sehari itu. It's so fun!

Ini adalah kado yang kujanjikan untuk baby Danesh. Kain-kainnya, idenya, sudah disiapkan jauh sebelum baby Danesh direncanakan... hehehe... Dulu kan pernah bikin baby blanket seperti ini yang warna pink, nah, versi birunya baru sekarang berhasil dijahit. Oh ya, pink blanket-nya sudah menjadi milik baby Maritza yang lahir awal Agustus lalu. 





Dan, minggu lalu aku punya kain baru. Beli di toko online. Warna coklatnya bagus, juga motif-motif daunnya bikin aku langsung jatuh cinta. Kepalaku langsung penuh ide ini-itu. Setelah tahu bahwa kainnya adalah jenis katun stretch, maka ide-ide dipersempit lagi. Ngga jadi deh bikin selimut untuk penutup sofa.

Akhirnya inilah yang kujahit: empat buah place mat untuk dipakai sendiri, juga korden untuk kamar. I love the curtains. Lovely. Membuat kamarku lebih cerah.




Minggu lalu juga, gara-gara Hani minta sarung untuk BB barunya, aku jadi mengeluarkan setumpuk pouch ini. Tinggal tersisa 8 buah dari 12 buah yang pernah kujahit. Sudah lama sekali. Mungkin hampir setahun lalu. Tadinya memang untuk dijual, tapi lupa upload dan akhirnya kubagi-bagi saja. Memberi selalu menyenangkan, ya kan? ; )


Dan, satu lagi ide yang sudah lama bertengger di kepala tapi baru bisa aku bikin adalah papan nomor rumah ini. Gara-garanya kepikiran ama talenan bertali tambang, tapi terus lupa dijual di toko apa. Baru ketemu lagi minggu lalu dan langsung kucorat-coret untuk jadi papan nomor rumah. Cute juga, tapi lain kali mungkin harus pakai cat minyak...

 

Dan satu hal lagi yang membuatku happy minggu lalu adalah dua buah buku ini. Tidak sengaja menemukannya dalam tumpukan buku diskon di Times perpus UI. Masing-masing dihargai Rp99.000 yang membuatku tidak berpikir panjang untuk membelinya.


Minggu yang sibuk, bukan? Dan minggu yang membuatku bangkrut! -- minggu ini empat kali ke Ace Hardware dan Informa. Lagi seneng-senengnya menghias rumah... lagi!

Have a great week, everyone!


Minggu, 26 Agustus 2012

Oh My God!

Ternyata banyak jahitan yang belum aku upload sejak akhir tahun lalu! Padahal, aku banyak sekali menjahit sepanjang bulan Desember tahun lalu. Tapi bulan itu juga aku sibuk packing, bersiap pindahan rumah. Mungkin karena itu, sebagian jahitan belum sempat dipublish di sini. Di facebook sih, sudah, makanya  sebagian sudah berpindah tangan. 

Misalnya tiga dangerously nursing apron ini, sold out semuanya:








Dan placemat ini:






Kalau yang ini aku bikin empat buah untuk kupakai sendiri:


Apron ini juga sudah berpindah tangan:





Hmmm... apalagi, ya? Jangan-jangan masih ada yang ketinggalan?

Sabtu, 25 Agustus 2012

eat, pray, and sew

Apa lagi? Demikianlah hari raya, dirayakan dengan gembira oleh seluruh keluarga. Makanan-makanan enak disajikan. Diserbu sepulang sholat ied. Lanjut dengan kunjungan-kunjungan ke sanak saudara: makan lagi ; ) 

Lebaran kali ini bukan di Jogja. Aku pulang ke keluarga Dodi di Bandung. Merayakan dengan tradisi yang sedikit berbeda. Tapi intinya sama: ada makan setelah sholat ied. Hahahaha... Tapi entah kenapa, sejak hari pertama di Bandung, di kepalaku berseliweran ide-ide menjahit. Mungkin karena malam sebelum berangkat, aku sempatkan membuka-buka kontainer kainku. Rencananya memang akan menjahit selimut untuk baby Danesh di Bandung, tapi ternyata ngga punya cukup waktu. 

Melihat-lihat tumpukan kainku, datanglah ide ini-itu. Ini bikin aku tidak tenang. Rasanya ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan membuka mesin jahitku. Selain, aku rindu rumah kecil kami.


Maka begitu tiba di rumah, aku tidak menunggu lagi. Malam itu juga mesin jahit dibuka. Dan ini yang kujahit pertama:


Mukena. Telat mungkin, ya. Tapi sesungguhnya ide ini udah melintas sejak lebaran tahun lalu. Waktu itu masih bingung cari kain yang pas. Tapi herannya, malam itu aku bahkan ngga beli bahan apapun. Cari-cari di kontainer, dapatlah kain kotak-kotak baby pink ini, dan kain polos warna senada untuk bawahannya. 

Menjahit tanpa pola, modal menjiplak mukena yang ada. Sisanya, ya improvisasi... Hehehe...



Jahitan dilanjutkan besokannya karena aku terlalu capek dan mengantuk. Hasilnya cukup memuaskan, sekalipun agak ruwet pas menjahit sambungan dagunya. Apalagi emang mukena begini, nyaris ngga ada yang jual. Semuanya penuh bordir dan kebanyakan bahannya aku kurang suka.

Dan, sekali membuka mesin, kepalang tanggung untuk hanya menjahit satu project saja. Maka jadilah serbet dapur dan serbet makan ini. Ini project menjahit serbet yang kedua. Kainnya aku beli di Mayestik hari terakhir sebelum libur lebaran, kebetulan setor laporan ke kantor GEF yang dekat sana. 



Kainnya katun yang cukup tebal. Cantik. Enah kenapa, lagi suka bunga-bunga vintage. Cantik. Dan memang alasan aku menjahit sendiri serbet-serbet ini karena aku tidak menemukan serbet makan dan serbet dapur yang sesuai dengan keinginanku.

Well, menjahit selalu bisa mengembalikan gairah. 
Selamat Idul Fitri. Maaf lahir dan batin!

Senin, 02 Juli 2012

sunday sewing after three busy days in Singapore

It is good to be home. Apalagi setelah tiga hari - empat kalau menghitung hari keberangkatan - bergerak ke sana-sini nyaris tidak berhenti. Entah kenapa, dua kali perjalanan ke Singapore-ku selalu diwarnai lari-lari :D Pertama, tahun 2009 waktu aku anter Dilla transit di Singapore, kami bolak-balik ke sana-sini, termasuk bolak-balik ke bandara, dan pulangnya masih harus ngejar copet.

Dan minggu lalu, biarpun cuma tiga hari tapi terasa lama karena kami mengalami banyak hal. Ke Singapore kali ini untuk urusan book tour untuk The Jungle School. Aku, Dilla, Kak Butet dan suaminya Kel, serta 400 eksemplar buku The Jungle School dan perlengkapan tempur kami lainnya. Dari 400 buku, 220 eksemplar kami kirim dengan kargo sisanya kami bawa di kabin. Total bawaan kami adalah dua koper besar, empat koper kecil, dua kardus, day pack masing-masing, serta tas laptop dan kamera. Skenario membawa buku ke kabin tidak berjalan, tapi ke-empat koper kecil lolos masuk bagasi tanpa biaya tambahan. Itu karena Tiger Airlines semena-mena menutup check-in desk satu jam sebelum keberangkatan, padahal tertulis di tiket 45 menit sebelumnya. Complain habis-habisan cuma bisa membawa dua dari tiga orang dalam tiket terbang ke Singapore, berikut seluruh bagasi kami tanpa ada timbang-timbangan lagi. Kel akhirnya menyusul pada penerbangan besokannya. Dan jadilah malam itu aku dan Kak Butet membawa empat koper buku menuju kompleks KBRI tempat kami menginap.

Tiga hari berikutnya di Singapore tak henti kami berlari. Itinerarynya sangat padat, sampai-sampai tak sempat istirahat. Dua event buku, beberapa pertemuan, mengurus pengambilan kargo, serta membawa buku ke distributor. Pada hari ke-dua aku sempat mencuri satu jam untuk masuk ke Spotlight, toko peralatan craft yang memang sudah aku browsing jauh sebelum aku ke Singapore. Masuk Spotlight dengan waktu hanya satua jam justru membuatku ingin menangis. Begitu banyak peralatan menjahit, peralatan rumah, kain-kain cantik, dan aku tidak punya cukup waktu untuk memutuskan apa yang harus aku beli! Aku keluar tanpa beli apa-apa. 

Besoknya lebih baik. Kami punya waktu bebas selama tiga jam sebelum menuju airport untuk terbang pulang. Aku kembali ke Spotlight dengan lebih fokus: no kain kecuali laminated fabric yang memang susah didapat di Jakarta. Kain cantik tidak ada habisnya, dan itu hanya persoalan motif. Apalagi belum ada kepikir project menjahit lagi yang butuh kain tertentu, kecuali kain laminated itu. Lainnya, aku beli peralatan jahit seperti jarum sulam, jarum pentul, juga tang untuk membuat mata ikan. Aku cukup puas, dan merasa belanja bijak. Hahaha... Akhirnya aku merasa bahwa slogan "do it yourself" pun bisa membuat kita belanja lebih banyak dari pada membuat sesuatu. Itu kenapa aku meletakkan kembali beberapa barang yang tadinya sudah aku pegang-pegang. Untunglah aku tidak menyesal :-)

Dan hari Minggu kemarin, aku menghabiskan waktu istirahatku dengan menjahit! Tiba-tiba saja terpikir membuat apron untukku sendiri, dan juga Dodi kalau dia mau pakai. Setelah membongkar kontainer harta karunku, akhirnya terpilih dua kain koleksi untuk dijahit jadi apron.





Sekalian juga menjahit semacam ini tapi difungsikan jadi tempat majalan atau koran di kamar mandi. Dodi banyak membaca, termasuk saat di kamar mandi. Sudah lama pengen membuat wadah untuk majalah atau koran di kamar mandi supaya tidak basah hanya saja susah mencari kain yang anti air, tapi cantik. Nah, begitu dapet kain laminated kemarin, langsung aku jahit ini: 



 Aku senang, pada akhirnya hari yang melelahkan ditutup dengan menjahit...





Minggu, 10 Juni 2012

weekend sewing: play with linen

Senangnya bisa menjahit weekend ini! Setelah hampir seminggu bekerja nyaris 24 jam, maka menjahit benar-benar membuatku bahagia. Setidaknya, menjahit membuat kepalaku sedikit lebih ringan karena satu-dua ide telah terealisasi dan aku tidak perlu menyimpannya lebih lama lagi di otakku.

Intinya, sungguh weekend ini aku bahagia! Untuk pekerjaan yang menyenangkan, program-program SOKOLA yang akan kembali berjalan, dan menjahit sebagai penutup minggu yang penuh. Apalagi yang bisa kuminta?

Awalnya jumat kemarin, sepulang dari rapat tiga hari tiga malam, Pak Satpam menyambut dengan dua paket kain yang kupesan online beberapa hari sebelumnya. Malam itu juga, otakku langsung menjahit. Serius. Sebelum benar-benar bisa menjahitnya, malamnya aku bermimpi memotong dan menjahit kain-kain itu... So, paginya aku ngga perlu lagi mikirin akan dijahit apa kainnya, karena mimpiku sudah menyelesaikan semuanya :-)

Ini jahitan pertama, remote caddy untuk sofa baru kami. Kainnya linen hijau dengan motif semacam bunga. Udah lama kukecengin, tapi baru minggu lalu belinya. Aku suka motif-motif seperti ini, bukan bunga-bunga yang realis. Dan linen, adalah hal lain yang bikin aku jatuh cinta pada kain ini. Ditambah lagi, tanpa direncanakan, warnanya matching, antara remote caddy, korden, sofa sama cat temboknya...


Ini linen yang lain. Campuran katun, jadi agak tebal dan bertekstur. Beli di Mayestik, udah agak lama. Waktu itu aku punya 2-3 jam kosong dan langsung kupakai untuk kabur ke Mayestik. Motifnya ngga terlalu favorit, tapi kainnya bener-bener aku suka. Perlu waktu lama untuk akhirnya beneran menjahitnya sebagai serbet. Serbet? Aku ngga tau lagi harus jahit jadi apa. Serbet mungkin terlalu sepele, tapi linen ini memang cocok untuk serbet. Dan lagi, aku belum nemu serbet yang bener-bener bagus di toko.


Hasilnya, dua serbet makan dan satu serbet dapur. Masih ada sisanya, mungkin akan kujahit jadi serbet juga. Tapi ya, aku ngga terlalu suka mengulang jahitan sampai beberapa kali. Liat nanti, deh!


Oya, placemat ini, udah pernah aku upload belum, ya? Dan, sebetulnya aku jahit taplak meja juga. Soalnya taplak kain flores motif ayam ini udah dekil dan belum ada penggantinya kalau dicuci. Kapan-kapan mungkin aku upload taplaknya!


Minggu, 20 Mei 2012

sedikit bersenang-senang : )

Setelah minggu-minggu yang berat, weekend ini aku memutuskan untuk sedikit bersenang-senang dengan mesin jahitku. Mesin jahitku sayang, ternyata sudah hampir empat bulan tidak disentuh. Empat bulan juga membuang jauh-jauh ide-ide yang berkeliaran di kepalaku. Jadi kemarin, aku panggil lagi ide-ide itu : )

Well, hasilnya adalah korden rumah. Aku memakai dua kain dengan warna dan tema senada. Ini bikin prosesnya lebih lama, but it is fun! Warna hijau-coklatnya masuk dengan warna cat tembok. Dan yang paling  aku suka, adalah motif burung-burung pada kedua kain ini. Kain pertama, burung-burung yang hinggap di pohon, dan kain yang satu lagi, burung-burungnya di susun berbentuk motif diamond. 

So, here they are: sepasang korden untuk jendela ruang utama rumah mungil kami. Mendampingi Levi Strauss dan beberapa pajangan dari Kamoro, Toraja, Batak, dan tempat-tempat lain.



Kepalang tanggung keluarin mesin jahit, aku akhirnya menjahit satu korden lagi untuk kamar di belakang. Aku memakai kain lurik gendongan yang aku beli di Jogja. Lebarnya pas, sehingga tidak perlu menjahit sisi kanan dan kirinya. Sisi bawah juga tidak perlu dijahit karena sudah ada rumbai-rumbai dari kainnya. Sayang ngga kefoto yah. Sayang juga fotonya kebalik seperti ini. Padahal pas upload udah bener, lho, tapi hasilnya kebalik gini. Diulang-ulang juga tetep aja.


Dan post it-post it kuning itu, reminder agendaku dua bulan ke depan. Sibuk? Sepertinya begitu. Ada banyak yang harus difollow up setelah terbitnya buku The Jungle School. Selain itu, kita juga jungkir balik cari dana dan memperbaiki manajemen SOKOLA. Kerja besar. Tapi aku bisa tersenyum ketika hasilnya pelan-pelan terlihat. Senyum yang sama dengan ketika aku menyelesaikan jahitan ini.

Salam!

Rabu, 11 April 2012

intimate #19 welcome to the jungle!


Aku lupa kapan tepatnya membuat ini, barangkali sudah lebih dari enam bulan lalu. Tersimpan manis di kotak kainnku dan baru semalam aku melihatnya lagi. Tepatnya waktu aku membongkar kotak kainku karena kangen.

Kangen saja. Pada kain-kain, pada suara mesin jahit, pada benang warna-warni. Sekonyong-konyong ide-ide jahitan berkelebat di kepalaku. Sambil menyeringai seperti setan. Terus-terang, itu membuatku tersiksa. Membayangkan banyak ide jahitan tanpa aku bisa merealisasikannya, sungguh membuat tersiksa.

Tapi kondisinya memang sedang tidak memungkinkan. SOKOLA sedang bergerak cepat sekali. Banyak yang urgent untuk segera difollow up. Itu juga kenapa, blog ini sempat lama terabaikan.

Tapi tadi malam aku berhenti. Pilek membuatku berhenti sejenak. Dodi penelitian ke luar kota dan aku tiba di rumah pukul 11 malam, minum actifed, lalu tiba-tiba aku punya waktu untuk menjenguk kain-kainku. Dibongkar saja, tanpa diapa-apain. Cukup menghibur.

Lalu aku menemukan sepasang sarung bantal jungle ini. Aku pakai saja satu, sebagai obat rinduku pada rimba dan keceriannya. Satu lagi masih tersimpan. Mungkin nanti ada alasan untuk akhirnya memakainya, atau memberikannya pada seseorang. Nanti. Sekarang aku memikirkan yang lain dulu...

Rabu, 01 Februari 2012

animal in the house

Kesibukan pindah rumah begitu menyita perhatian dan energi, sekaligus menyenangkan! Aku menikmati detik-detik kami menciptakan satu demi satu detail agar bangunan ini menjadi 'rumah' bagi kami. Dari awal, kami sudah memperkirakan akan ada pertengkaran tentang ini. Dengan kesadaran itu, setiap pertengkaran diakhiri dengan senyum lebar.

Detail demi detail kami bahas. Ada yang direncanakan tapi ngga jadi-jadi, ada yang terlintas langsung direalisasi. Seperti - apa namanya ini - taplak untuk lemari es. Kami mendiskusikan warna lemari es (pemberian dari pemilik rumah, teman kami) yang terlalu 'hijau' untuk ruang utama kami. Aku memberi solusi dengan membuatkan semacam taplak penutup lemari es.

Meja mesin jahit pun dibuka di meja makan, karena kami belum selesai menata rumah. Alat-alat jahit dibongkar dari packingannya. Sulaman diselesaikan seharian, berikut tambahan tulisan "Free Tibet!" yang terinspirasi dari artikel di Kompas hari itu. Kupikir lucu juga.



Aku memakai sisa kain seprei yang dibeli di Finland. Warnanya bagus dan tidak pasaran. Bagian belakangnya pakai kain belacu halus yang tebal. Tiga kantong di bawahnya bisa dipakai untuk menyimpan benda-benda kecil seperti nota, kunci, atau korek api.



Aku suka sulamannya. Hanya, sepertinya burungnya lebih bagus lagi kalau diblok warnanya. Nantilah, kalau kotak jahit dikeluarkan lagi. Burung itu tentu saja melengkapi deretan binatang-binatang yang aku 'pelihara' di rumah ini.


Taplak ini adalah kesukaanku. Tenun ikat Flores dengan motif ayam. Cantik sekali! Aku menjadikannya taplak untuk meja makan kami. Dan cangkir motif binatang itu, aku sudah menyimpannya cukup lama. Tapi baru di rumah baru cangkir ini mulai digunakan.


Anjing-anjing ini adalah lap piring. Bahannya katun bagus. Aku ambil dari rumah kos Dilla di Finland waktu ke sana dulu! Sebelumnya, kain ini kupakai jadi penutup printer. Tapi kupikir, lebih bagus dikembalikan pada fungsi awalnya, lap piring karena di sini susah menemukan lap piring dengan kualitas katun yang bagus, menyerap air dan mudah kering.


Ini lukisan yak di atas kulit (mungkin juga kulit yak). Adalah suvenir yang aku dapatkan waktu konfrensi di Cina tahun 2010 lalu. Beberapa suvenir yang aku dapetin di sana, aku bagikan sebagai oleh-oleh. Tapi tidak lukisan yak ini. Mugnkin karena gambar yak-nya, mungkin juga karena materialnya kulit. I don't know. I just like it.

Dan kaleng gambar kura-kura ini, aku dapet di toko serba enam ribu. Hehehe... Harga pas, hati puas! : )

Entah sejak kapan aku suka figur binatang. Dulu, jaman kuliah, aku koleksi anting perak berbentuk binatang mulai dari fliper, gajah, laler, tikus, cicak, sapi... dan semuanya aku beri nama... Dan untuk rumah baru sekarang, mungkin akan ada lagi deretan binatang berikutnya. Tunggu saja ; )