Selasa, 27 Desember 2011

baby blanket

Finally, aku membuat selimut bayi! Sebelumnya, aku punya banyak ide tentang selimut bayi ini. Mulai dari sulaman penuh, kain ini dan kain itu. Belum juga terealisasi dengan banyak alasan. Tapi kemarin, aku jalan-jalan ke Mayestik dan mendapatkan kain patchwork yang bisa dibeli meteran. Kain jenis ini, aku sudah sering lihat tapi baru kali ini benar-benar jatuh hati karena warnanya memang cantik dan jenis katun untuk patchworknya juga bagus.

Sayangnya aku cuma beli satu meter dan satu motif. Karena motif lain, menurutku, biasa-biasa saja. Baru setelah selimut ini jadi, aku terpikir untuk beli warna birunya sekalipun menurutku biasa saja. Toh, setelah disulam dan dijahit, pasti akan jadi luar biasa! ; )


Pada bagian muka aku sulam dengan benang pink dan oranye: "Good night, sleep tight!"


Pada sisi dalamnya, aku memakai kain sejenis flanel tebal (pernel?) berwarna baby pink dengan motif sheep & snow. Sengaja aku tidak membuatnya dengan lapisan dakron supaya lebih praktis untuk dibawa-bawa. Dan memang ini selimut bukan untuk dipakai di tempat yang punya musim dingin. Meski demikian, selimut ini cukup hangat.

intimate baby/infant blanket 1 x 1 meter
IDR 145.000

Senin, 26 Desember 2011

to keep your intimate close

Aku selalu menambahkan tali di HP ku, dan sebetulnya juga di beberapa barang lain seperti pisau lipat yang selalu kubawa kalau ke hutan, flash disk, kunci, ID card, dan lain-lain. Benda-benda kecil yang tidak ingin ketinggalan dan tentu saja, supaya praktis dibawanya.

So, hari ini aku menyelesaikan empat intimate straps, to keep your intimate close (aiihhh... bisa aja tag-nya... ).

jeans intimate strap with embroidery @ IDR 20.000

Masing-masing bertuliskan:

Seize the day! (sulaman hijau dengan kancing putih)
Wish me luck (sulaman baby pink dengan kacing putih)
Sapere aude! (sulaman pink, kancing merah - not for sale)
Good day! (sulaman krem dengan kacing cokelat muda)


Tali ini sangat praktis, you know, apalagi bagi yang kurang rapih menyimpan barang-barang kecil di tas. Talinya akan memudahkan di cari di dalam tas yang berantakan (percayalah). Atau kalau kita termasuk orang yang tidak suka menyimpan sesuatu di kantong celana, maka dikalungkan ke leher adalah penyelesaian yang praktis.

Mau coba?

Minggu, 25 Desember 2011

ur intimate when it is cold

Aku memutuskan untuk meliburkan diri mulai dari kemarin, sampai 1 Januari nanti. Dan selama libur itu, aku berjanji untuk menyelesaikan proyek-proyek menjahit yang terbengkalai. Ternyata banyak juga jahitan setengah jadi yang tinggal diberi sentuhan akhir, tapi aku kadung males menerukannya. Juga proyek-proyek menjahit lain yang bergentayangan di kepalaku dan belum sempat dikerjakan.

Proyek pertama yang terselesaikan semalam adalah sepasang syal ini. Satu syal sebetulnya sudah selesai sejak lama. Lama sekali, sampai aku lupa kapan tepatnya. Hehehe... satu syal lagi, sudah setengah jadi dan benar-benar kuselesaikan semalam.


Ide untuk membuat syal ini muncul pas liat kain bolak-balik. Kainnya halus, dan bukan print. Tenunan yang agak longgar memudahkan aku membuat pilinan di kedua ujungnya. Manual semua, loh. Juga sulamannya. Memberi kehangatan untuk pemakainya, apalagi sekarang sedang musim hujan.


Kenapa sulaman cangkir dan rumah? Aku cuma membayangkan, apa yang paling diinginkan saat berjalan menembus dingin dalam balutan syal ini. Tentu saja cepat-cepat pulang ke rumah dan menyeduh secangkir teh atau kopi. Hangat. Kehangatan rumah dan secangkir minuman panas itulah yang dimediasi dengan sepasang syal ini.


So, here they are. Ur intimate when it is cold. Tersedia dalam dua ukuran.
  • 35 x 175 cm, dengan sulaman cangkir, IDR 45.000,-
  • 70 x 160 cm, dengan sulaman rumah, IDR 65.000,-

Dua-duanya keren. Bisa dipakai untuk syal, selendang, atau jilbab.


Selamat hari Natal bagi yang merayakan!

Kamis, 15 Desember 2011

copenhagen houses

Inilah intimate #17 Copenhagen houses. Sebetulnya tidak terlalu istimewa karena sarung bantal kali ini tanpa sulaman. Itu karena kainnya sudah cantik sekali: motif rumah-rumah yang menjadi ciri khas Copenhagen.


Bandingkan dengan rumah-rumah di Copenhagen dalam foto ini.

foto diambil dari sini

Selain gambar rumah-rumah khas Copenhagen, di bagian bawah juga ada motif snow flakes. Snow flakes ini bisa ditemui di tempat-tempat yang musim dinginnya kering (tidak lembab). Aku menemukannya di Finland. Dan aslinya, snow flakes ini cantik sekali. Masing-masing punya motif berbeda.

Sarung bantal ini sebetulnya hasil ngembat dari kamar kos Dilla di Finland dalam petualangan 30 jam di sana. Hanya saja, ukuran bantal di sana berbeda dengan umumnya bantal di sini. Terlalu lebar, dan panjangnya juga lebih sempit. Karena itu sarung bantal ini lama tidak aku pakai. Tapi minggu lalu, baru aku sadar kalau sarung bantal ini menyisakan sekitar 30 cm untuk bagian lipatan dalamnya. Artinya, kalau jahitannya dibongkar, akan cukup untuk membuat sarung bantal yang sesuai dengan ukuran standar panjang bantal di sini, 70 cm, dan masih ada sisa sekitar 10 cm untuk lipatannya. Lalu, tunggu apa lagi?

Bagian lebarnya, lebih lebar dari sarung bantal di sini, tetapi sayang sekali kalau motif snow flake-nya harus dipotong. Maka aku biarkan saja sarung bantal ini terlalu lebar. Tidak terlalu mengganggu. Malah, lebih lengkap sarung bantal ini mengantarkan mimpiku untuk bisa mengunjungi negara-negara Scandinavia lagi - untuk hunting kain dan Marimekko... Hehehe...

Satu lagi foto deretan rumah warna-warni. Ini hasil perjalanan ke Makassar kemarin. Sepintas mungkin bisa dibandingkan dengan deretan rumah-rumah Copenhagen. Tapi situasinya sungguh berbeda.


Ini pemandangan dari tepi Jalan Metro Tanjung Bunga di Makassar, tepatnya di seberang Celebes Convention Centre. Rumah sekolah kami, berada paling kiri. Perkampungan yang masuk dalam wilayah kecamatan Mariso yang merupakan kecamatan terpadat di Makassar ini dulunya berada di pesisir. Proyek reklamasi yang dimulai sejak tahun 1997 telah menimbun kawasan pesisir Mariso, disusul dengan pembangunan fisik lainnya seperti jalan, hotel, mall, wahana permainan berbayar, dan lain-lain. Reklamasi pula menutup akses saluran irigasi kota, menyebabkan sampah menumpuk di sekitar permukiman.

Sokola mulai berkegiatan di sana sejak akhir tahun 2004, berawal dari program literasi, beasiswa sekolah, PAUD, kelas lifeskill, dan lain-lain. Hingga kini, tak kurang dari 1.000 anak dan remaja telah berpartisipasi di sana. Dan setiap tahun, setidaknya ada 100 anak dan remaja yang berkegiatan di tempat kami.

Awal bulan ini, aku ke sana dengan Dilla dan mendapatkan kabar buruk: pemilik tanah tempat rumah sekolah kami berdiri, meminta kami pindah pada bulan Mei 2012 nanti. Mungkin kami harus maklum, harga tanah di sana terus meningkat dan siapa tidak tergiur. Tapi persoalan pindah bukan perkara mudah. Pertama, tidak mudah untuk menemukan lokasi yang cukup luas di kampung padat itu yang bisa menampung kegiatan kami. Kedua, kami tidak punya cukup uang untuk membeli atau mengontrak tanah lain karena sebetulnya bangunan rumah ini merupakan milik kami (bukan milik si tuan tanah) yang bisa dibongkar pasang (knock down). Ketiga, bingung juga mau diapakan rumah ini? Ditinggalkan untuk menjadi milik si tuan tanah rasanya kok tidak mungkin. Keenakan dia, dapat bangunan yang terdiri dari kayu-kayu bagus yang kalau dijual tentu nilainya lebih tinggi dari sekadar uang kontrak tanah selama lima tahun. Mau dijual? Adakah yang berminat?

PR ini cukup menguras pikiran. Sepertinya 2012 akan menjadi tahun yang menuntut kerja keras. Semoga bisa terlewati dengan baik. Dan anak-anak, di manapun Sokola berada, tetap bisa berkegiatan.

S.O.S. - Support Our School!

Jumat, 02 Desember 2011

S.O.S

Selamat bulan Desember. Semoga ada kejutan akhir tahun untuk kami. Kami - maksudku Sokola. Mungkin ini menjelaskan kenapa akhir-akhir ini sulit sekali untuk menjahit, dan pada akhirnya aku mungkin akan mengundurkan diri dari bazaar yang pada awal November aku sambut dengan antusias. Nyatanya, aku tidak sempat menjahit. Tepatnya, sedang tidak punya hati untuk menjahit. Semua hati dan pikiran tercurah memikirkan kelangsungan hidup empat sekolahku yang sekarang berjalan, 11 volunteer, dan 300-an murid/beneficiaries kami.

Aku membuat banyak proposal, dan mendistribusikannya melalui teman ke teman. Berharap ada email atau telfon yang menyatakan kesanggupannya membiayai satu atau lebih sekolah kami. Aku tahu aku tidak bisa banyak berharap dari pekerjaan ini. Tapi aku tahu, sekolah kami menjadi harapan bagi 300-an murid dan komunitas di tempat kami berada.

Memang sulit. Tapi aku mencoba untuk tetap optimis. Bukankah hidup akan terasa hidup jika tak sekadar ada dan menggelinding? Bagaimanapun, ini pilihanku. Dan yang terbaik aku dapatkan. Mimpiku menjadi kenyataan.


Di hutan, di pulau kecil, di pesisir dan di tempat-tempat yang jauh lainnya, kutemukan keindahan ini.

Sementara menjahit adalah dunia kecil lain yang sama-sama aku sayangi. Dan ternyata, aku bekerja sungguh dengan hati. Itu makanya aku ngga bisa tenang menjahit selama beberapa minggu ini. Kain-kain dipotong, digambar pola sulaman, tapi ya sudah itu aja. Belum bisa berkonsentrasi penuh untuk menjahit dan menyulam. Cuma beberapa jahitan kecil untuk rasa penasaranku saja.



Aku akan menjahit lagi, segera setelah pikiranku lebih tenang.


S.O.S - Support Our School! For detail information, proposal, or meeting arrangement, please email to rumasokola@yahoo.com.

Minggu, 20 November 2011

scandinavian design fabric

Akhirnya aku tahu namanya, motif atau disain yang sederhana, tapi figur-figurnya sudah lama mencuri hatiku. Garis-garis minimalis tanpa banyak ornamen, bersih, dan simpel tapi cantik. Modernis. Artikel tentang Scandinavian Design, salah satunya aku dapat dari link ini. Dan semakin aku tahu, semakin aku menyesal.

Menyesal? Betul sekali. Tahun lalu aku ke salah satu negara Scandinavia, dalam badai salju yang menyebabkan pesawat delay sehingga aku cuma punya waktu 30 jam di Oulu, sebuah kota kecil di Finlandia yang saat itu bersuhu -20°C. Meski cuma 30 jam, meski matahari cuma ada 4 jam, meski salju tebal dan suhu sedingin itu, aku dan Dilla sempat berjalan-jalan ke pusat kota Oulu. Toko pertama yang kami kunjungi adalah Marimekko. Belum ke Finland kalau belum ke Marimekko. Coba intip websitenya ini, bisa mati berdiri, kan?

Oulu kota kecil dan sepi. Jauh dibandingkan Jakarta yang besar dan sesak. Bahkan Bandung, atau Cirebon, atau Klaten. Oulu jauh lebih sepi. Mungkin seperti Jogja awal tahun 80-an atau sebelumnya. Rumah-rumah berjauhan jaraknya. Gedung bandaranya pun mungkin tak lebih besar dari rumah nenekku di Jakarta. Tapi Oulu menyediakan wifi di seluruh kotanya, for free! Bisa diakses di jalan, di taman, di bis, di mana saja. Mungkin karena ada pabrik Nokia di sana, jadi kota itu dibikin melek teknologi.


Anyway, kami ke kota pas langit gelap meski baru sekitar pukul dua siang. Di Marimekko pertama yang kami kunjungi (kota kecil itu punya beberapa toko atau outlet Marimekko, dan aku juga masuk 2-3 di antaranya) itu aku hampir pingsan liat barang-barang bagus. Mulai dari pernik-pernik kecil seperti dompet koin, pakaian, sampai kain-kain lucu. Harga-harganya cukup mahal, dibanding produk IKEA misalnya. Semeter kain Marimekko paling murah 15e. Makanya aku pikir panjang untuk membelinya.

Kami sempat juga mampir ke semacam departmen store dan melihat-lihat perlengkapan rumah. Aku udah pegang-pegang berbagai macam sprei waktu itu. Harganya mulai dari 7e untuk satu sprei single atau duvet cover, menurutku nggak mahal dengan kualitas 100% katun. Awalnya aku pilih kain dengan motif binatang-binatang yang sumpah, lucu banget. Ngga tau kenapa, akhirnya aku beli kain polos -dengan warna coklat yang tidak pasaran memang, tapi tetap menyesal karena ngga beli kain motifnya... huhuhu...

Penyesalan ketiga, setelah marimekko dan sprei motif, adalah peralatan rumah/dapur yang tak kalah lucu. Juga di supermarket itu, jadi kebayang kan kalau harganya sebetulnya ngga terlalu beda dengan di Jakarta. Ada table mat, taplak, korden, bahkan serbet dapur pun punya disain yang keren. Sayang, aku ngga beli meskipun nongkrongin tempat itu lama sekali.

Kalau ketemu Mak Dalton, pasti dia akan ulangi nasehatnya yang terkenal, "Lebih baik menyesal beli, dari pada menyesal ngga beli." Dan harus kuakui kebenarannya. Menyesal membeli sesuatu biasanya jangka pendek, tapi menyesal karena ngga beli itu bakal berkepanjangan... Apalagi Dilla udah selesai sekolah dan kembali ke Jakarta. Aku juga ngga tau kapan lagi dapat gratisan ke Eropa seperti waktu itu. Sedih kaaannn...

Tapi baiklah, ada bonus-bonus kecil yang menghibur meski tak bisa menggantikan (tetep). Setelah kain Ikea yang udah aku jahit jadi tas, Dilla lagi-lagi beliin kain Ikea. Meski bukan dari Finland, tapi Malaysia.

Motif binatang-binatang ini banyak dijiplak di sini, tapi kain aslinya katun halus.

Ini bukti kalau kainnya beneran Ikea ; ) Ngga tau kenapa, meski udah di rotate, tetep aja kembali ke format seperti ini pas di-upload.

Oya, ada satu project menjahit weekend ini yang memakai kain Ikea. Sisa bagian tepi kain kanvas cantik ini aku coba bikin dompet yang pakai pengunci besi. Ternyata memasang behel besinya ngga semudah yang dibayangkan. Ini percobaan ke-dua. Ngga terlalu rapih. Nanti aku coba lagi. Mudah-mudahan lebih bagus.


Selamat menyambut hari senin!

Selasa, 08 November 2011

kalap

Tawaran Hani untuk ikutan bazaar di Kemang Desember nanti kumanfaatkan sebagai pembenaran untuk belanja kain! Huehehehe... Ini salah satu kesenangan tersendiri, bahkan membuatku tidak tertarik lagi ke mall. Maka mulailah aku -sejak akhir Oktober lalu- jalan-jalan ke Cipadu, ke Mayestik dan ke toko-toko kain online di facebook.

Sayangnya Cipadu lagi ngga cihuy. Aku ngga nemu motif kain yang aku mau: katun, lucu, bukan bunga. Akhirnya cuma beli kain kotak-kotak dan polos untuk lapisan kalau bikin apron bolak-balik. Padahal dua kali ke Cipadu loh (Bangga, gitu? Hehehe...).

Selesai Cipadu, naik angkot ke Mayestik dan dapet kain ini:


Sebetulnya ini juga hasil dua kali jalan ke Mayestik. Hihihihi... Gara-garanya kain hitam motif paprika kupikir cukup keren setelah dijahit jadi celemek. Langsung kebayang-bayang kain yang sama warna biru. Sekalian aja beli kain padanan untuk sisi sebaliknya, dan beberapa kain polos yang lain.

Lalu kain ini dibeli di toko kain di facebook. Kainnya halus dan gambar kambing-kambing yang memang kucari untuk proyek sarung bantalku.


Sebetulnya ada lagi kain motif binatang yang aku beli online, tapi keburu kepeking sebelum difoto, dan udah jadi sepasang sarung bantal dan sleeping mask. Hmmm... belakangan emang lumayang produktif menjahit (memuji diri sendiri).

Lalu motif viking dan black heart skull berikut aku beli di toko facebook yang sama. OMG, lucu sekali. Sayang viking biru request Dodi udah nggak available.



Tepat setelah dua kain di atas sampai ke rumah, aku berjanji pada diri sendiri untuk tidak membeli kain dulu sampai kain-kain yang sudah ada terjahit. Tapi...





Lucuuu kan, empat kain terakhir memanggil-manggil waktu aku jalan-jalan di Bandung - meskipun nyengaja jalannya ke toko kain. Hehehe... Dari deretan toko kain di sana, cuma satu toko yang aku kalap liat kain-kainnya, dan menyesal kenapa cuma beli empat motif ini. Padahal masih ada motif lain: meteran, rugby, serangga yang gede-gede, ikan, daaaaannn lain-lain.

Bulan depan mudik ke Bandung lagi, ah ; ) Setelah bosen kuliner, distro dan factory outlet, toko-toko kain jadi tempat tujuan baru di Bandung!

Minggu, 30 Oktober 2011

bersenang-senang hari ini

Masih dalam rangka mengurangi isi kepala, maka hari ini aku memutuskan untuk menjahit. Melihat ketersediaan bahan, akhirnya apron ini yang aku jahit duluan dari beberapa rencana proyek menjahitku.


Awalnya aku ngga suka kain hitam motif paprika ini. Berasa norak gitu. Tapi pas di toko kain, aku beli juga karena memang motifnya unik dan ngga pasaran (ngga ada di toko kain online... hehehe...). Untuk pasangannya, aku pakai kain kuning motif klasik yang sudah lama berdiam di kontainer. Dan hasil akhirnya aku cukup puas. Masih ada sisa kain untuk bikin satu celemek lagi!

Sabtu, 29 Oktober 2011

vintage flag bunting

Tadi malem ngga bisa tidur. Tiba-tiba kepalaku penuh dengan ide-ide menjahit. Kalau ngga mau tersiksa oleh ini itu yang berseliweran di kepala, maka pikiranku harus diringankan. Gambaran-gambaran jahitan dalam pikiran harus segera dikerjakan, atau setidaknya digambarkan di kertas. Karena memang udah lewat tengah malam dan mataku sudah capek, aku memilih menggambarnya di buku sketsaku.

Pagi tadi aku terbangun, lalu mencuci beberapa kain. Pengalaman menjahit bolak-balik yang sebelumnya mengajarkan aku untuk mencuci lebih dulu kain-kain yang mau dijahit bolak-balik. Aku toh ngga tau, kain mana yang bakalan mengkerut dan belum tentu kain sambungannya mengkerut dalam ukuran yang sama juga.

Salah satu yang terpikir tadi malam adalah membuat flag bunting. Itu, bendera kecil-kecil yang direnteng di tali. Setelah browsing sedikit, aku dapet beberapa teknik. Ada yang benderanya dijahit, ada juga yang cuma tanpa jahitan, atau digunting pakai gunting zigzag. Lalu ada yang dijahit langsung ke tali, ada juta yang dironce di tali. Pada akhirnya aku memilih versiku sendiri, dengan ukuran yang aku kira-kira sendiri. Maka mulailah aku memilih kain untuk bendera. Prioritasku adalah kain-kain yang hampir ngga pernah kupake. Lumayan, mengurangi isi kontainer ; )

Pas lagi motong kain, tiba-tiba teringat perca kain sisa kebaya (alm) Bude (panggilanku untuk nenek) yang kutemukan beberapa waktu lalu. Ting! Kepikir untuk bikin bunting flag dari kain-kain itu. Hampir semua kain Bude katun voal, atau paris mungkin. Aku ngga terlalu ahli jenis-jenis kain. Tapi dari kain-kain itu, kebanyakan kain impor bahkan ada yang merek Kanebo.

Tiba-tiba inget pas Bude lagi di rumah, dan mama nunjukkin beberapa kain. Bude - yang saat itu udah nggak terlalu mengandalkan mata lagi, cuma meraba kain-kain itu dan ia tau mana kain yang bagus (mahal) dan menyingkirkan yang jelek. Maksudnya tentu bukan motifnya, tapi jenis kainnya. Kain-kain dari serat alami seperti katun, linen atau sutra, tentu beda dengan serat tiruan seperti nilon atau polister.

Well, itu menegaskan kalau menemukan kain-kain Bude seperti menemukan harta karun. Seandainya tersisa potongan besar, pasti langsung aku bikin baju... Hehehe...

Baiklah, ini flag bunting yang aku bikin siang tadi. Aku jahit bolak-balik dengan kain polos atau motif sederhana. Jadi flag bunting ini punya dua sisi. Begitu selesai langsung buru-buru foto, sampai belum sempet ngerapihin sisa-sisa benangnya ; )






Have a nice weekend, everyone!

Selasa, 25 Oktober 2011

untuk Maro


Hening. Bahkan Pawas atau Dwi yang berjaga di rimba tak banyak menulis seperti waktu kehilangan anak perempuan tumenggung empat hari sebelumnya.

Aku juga tidak punya banyak kata-kata. Ini pertama kali buat kami. Sokola Rimba kehilangan seorang sahabat istimewa, murid, sekaligus guru. Selamat jalan bebet Maro. Beik-beik lah diria di halom kiyun.

Aku percaya, semangat Maro selalu menyala di hati teman-teman dan gurunya. Maro Bungo, bunga yang menyala.

Kamis, 20 Oktober 2011

travel diaper change pad

Kado buat baby Arkaan, untuk pertama kalinya aku bikin travel diaper change pad. Baby Arkaan sering diajakin ibunya ke kantor. Makanya kupikir bisa menjahitkan sesuatu yang berguna untuk dibawa-bawa. Pilihannya diaper change pad. Sempet browsing ke sana kemari, sampai akhirnya memutuskan membuatnya sesuai keinginanku.

Ukurannya termasuk besar untuk pad sejenis, dan untuk traveling mungkin. 50 x 75 cm. Sengaja. Kupikir bisa buat alas geletakan sekalian. Satu sisinya adalah kain flanel bermotif Bimbi dan sebaliknya handuk berwarna merah. Diantara keduanya, di dalam jahitan, ada parasit anti air. Pengennya, kalau satu sisi basah jadi nggak tembus ke sisi yang sebaliknya.

So, here it is. Mudah-mudahan Arkaan betah ; )


Rabu, 19 Oktober 2011

mates to hibernate

Akhirnya sarung bantal polar bear series kelar dijahit. Ada dua pasang, alias empat buah sarung bantal ukuran 40x40cm. All imported fabric. Untuk bagian depan, adalah katun bergambar polar bear yang cantik. Aku jatuh cinta sama kain ini. Karena sudah rame, aku cuma beri sedikit sulaman yang merespon motif polar bearnya. Iiihhh... suka banget.

Untuk bagian belakangnya, aku pakai kain sprei yang aku beli waktu di Oulu, Finland. Jauh, ya! Kupikir kedua kain ini berjodoh, karena sama-sama punya cerita tentang kutub utara. Polar bear sudah jelas beruang kutub, sementara Oulu, itu jaraknya cuma tiga jam dari kutub. Keduanya dibeli di waktu dan tempat yang jauuuhhh tapi ternyata matching! Ini yang namanya jodoh : )

Sepasang sarung bantal pertama, kuputuskan untuk menjualnya. Sulamannya seolah-olah terucap dari salah satu polar bearnya, "Hibernation right now" dan "Mates to hibernate." Betul, sarung bantal ini adalah teman-teman yang menyenangkan untuk kita berhibernasi sejenak dari rutinitas.

polar bear cusion pillowcases
40x40 cm
IDR 105.000 for 2


Sarung bantal kedua, aku putuskan untuk diriku sendiri. Mungkin salah satunya akan kuberikan pada seorang teman. Tapi baru mungkin. Entahlah, masih pikir-pikir. Hihihihi...


Have a relaxing hibernation!

menjahit baju

Oktober ini aku menyelesaikan dua baju. Dua-duanya aku suka. Pertama adalah dress yang polanya aku dapet dari burdastyle. Kainnya hasil kecengan di Cipadu. Tiga kali ke sana, ngecengin kain ini, tapi ama penjualnya nggak bisa ditawar. Dan ternyata cuma satu toko aja yang jual. Untung ketiga kali ke sana, kain itu masih ada. Mungkin emang jodohnya. Ngga nawar ngga papa deh. Tapi kainnya bagus banget. Kotak-kotak tenunan klasik (bukan print) merah-putih. Cantik. Saking cantiknya ngga rela kalau penjahit dapet percaya. Pokonya ngga mau rugi banget... : )


Jahitan kedua, aku pakai kain katun Jepang (bukan japan disain, loh) yang bener-bener halus. Sayang cuma beli semeter, padahal lebarnya cuma 110. Jadi ngga bisa bikin model macem-macem. Hasilnya, harusnya adalah blus halter. Tapi ngga sengaja malah jadi sabrina. Halah... Gara-gara ngga pake pola. Awuran aja. Tapi toh tetep bisa dipake. Aku janji pada diri sendiri untuk bikin yang bener-bener halter, dari kain batik Jambi yang aku punya.

I had so much fun sewing these!

Rabu, 28 September 2011

polar bear

What do you feel seeing this oh-so-cute polar bear? Aku langsung jatuh cinta pas pertama kali liat di toko kain. Awalnya cuma lirik-lirik, pegang-pegang, sambil sibuk mikir bagusnya mau dijadiin apa. Akhirnya memutuskan untuk yang penting beli aja. Dibikin apa, masalah belakangan : )

Lucunya, setelah dibeli malah jadi kepikir pengen bikin ini-itu. Padalah belinya cuma semeter. Maka setelah bersemedi mencari wangsit, kuputuskan untuk bikin sarung bantal kursi, biar bisa jadi empat dengan tambahan sedikit sulaman! Disiasatinya dengan memakai kain lain untuk bagian belakang sarung bantalnya. Pilihan jatuh pada kain seprei yang aku beli di Oulu, Finland akhir tahun lalu. Warnanya matching sekali, seolah-olah mereka ditakdirkan untuk berjodoh. Polar bear you know, makhluk penghuni Kutub Utara dan itu tidak jauh dari Finland! Ooh, kebetulan yang indah.

Sekarang tinggal cari (curi) waktu untuk mejahitnya... hmmm... *sambil liat kiri-kanan.



mid september quick sewing

Awalnya karena laptop case ku yang rusak resletingnya. Ini urgent, karena laptop ini kubawa pergi kemana-mana bukan dengan tas khusus laptop. Biasanya masuk begitu saja ke daypack-ku. Makanya laptop case kuanggap penting untuk lebih melindungi laptopku.

Akhirnya setelah browsing-browsing sebentar, lalu pilih-pilih bahan, maka jadilah laptop case pertamaku. *maaf untuk kualitas foto yang buruk. Sepertinya memang harus menabung untuk membeli kamera lagi : (




Laptop case ini memakai lurik Jogja yang cantik untuk sisi luarnya, dan linen katun ala Cipadu untuk liningnya. Juga pakai lapisan busa tipis untuk melindungi laptopnya. Agak kebesaran. Entah, kenapa bisa aku salah ukur, hehehe... Tapi oke juga kok. Malah karena terlalu besar itu, aku masih bisa masukin buku catatan atau bahkan kabel laptopnya.

Luriknya hasil hunting di Pasar Beringharjo tahun lalu. Bentuk utuhnya adalah selendang. Selendang yang biasa buat menggendong bakul atau bawaan lainnya, untuk tukang jamu, penjual makanan tenongan, atau kuli-kuli pasar (perempuan) di Beringharjo. Jadi kain ini mewakili perempuan-perempuan kuat. Semoga aku menjadi salah satunya.

Dan, kepalang tanggung buka mesin jahit sekaligus melunasi janji (ke diriku sendiri sebetulnya) untuk menjahitkan sepatu baby Lionel. Kebetulan, besoknya kami akan menghabiskan waktu di Kranji. Rapat Besar Sokola, judulnya. Hmmm... menjalankan Sokola adalah kenikmatan lain, selain menjahit ; )



Have a nice day, anyone!