Senin, 25 Desember 2017

Red Blanket

Duh, ini sudah lama sekali. Kado untuk anaknya Lilly, Ikay, setelah masa penantian panjang. Sekarang anaknya udah mau umur dua tahun. Hehehe...

Simple quilt. Kanvas impor yang aku beli setengah meter saja berjodoh dengan kain strip merah. Dibaliknya pakai flanel kotak-kotak, juga merah. Senang sekali kalau kain-kain yang dibeli terpisah bisa menemukan jodonya...





Rabu, 25 Januari 2017

self potrait

Waktu kecil, diajak jalan-jalan ke Pasar Seni Ancol dan ngeliat banyak orang bikin siluet kepala seperti ini. Biasanya siluet kepala dibuat dari kertas hitam yang dibentuk lalu dipigura dengan dasar warna putih. Dulu penasaran banget gimana cara bikinnya, kok bisa mirip dengan orang aslinya. 

Teringat lagi dengan penasaran ini saat buka-buka pinterest dan menemukan banyak improvisasi dari siluet kepala. Langsung deh, penasaran untuk bikin. Apalagi sekarang teknologi sudah sangat memudahkan. 

Pertama, bikin foto dari samping. Aku pakai kamera yang nyambung ke HP sebagai remote control-nya. Jadi ngga terlalu susah untuk ngepasin posisi. Kalau pakai kamera HP juga bisa, tinggal pakai timer. 


Lalu, pindahin fotonya ke laptop. Nah, layar laptop kan cukup terang jadi bisa pakai kerta HVS di atas monitor laptop dan trace siluet kepala di situ. Pakai pensil 2B dan jangan terlalu kuat nekennya, sayang laptopnya. Hehehe...

Maka jadilah pola siluet kepala. Tinggal digunting mengikuti garis. 


Pola ini bisa langsung jadi siluet. Tapi karena aku mau bikin sulaman siluet, jadi pola ini yang aku blat lagi ke kain untuk disulam. 



Kebetulan ada pigura bekas kenang-kenangan pas jadi pembicara. Karena piguranya lebar, ya jadi cari ide untuk menuhin gambarnya. 

Jumat, 20 Januari 2017

selamat ulang tahun

Hari ini ulang tahun yang istimewa, karena aku melewatinya di Jember, di salah satu lokasi sekolah kami. Dusun Sumbercandik letaknya di kaki Argopuro yang berjarak hanya sekitar 19 km dari kota Jember. Kami mendapati angka buta huruf yang cukup tinggi sebelum akhirnya membuka sekolah di sini.


Sepanjang ingatanku, aku belum pernah merayakan ulang tahun di lokasi sekolah kami. Bahkan tidak juga di rimba yang sudah menjadi rumah keduaku dalam 14 tahun terakhir ini. Sebetulnya hari ini biasa-biasa saja. Mendung dari pagi dan akhirnya hujan pada siang harinya. Kami menikmati sarapan pisang goreng dan kopi hasil kebun petani di sini. Udara dingin dan tidak ada perayaan berlebihan. 



Tapi aku merasa istimewa. Sekolah-sekolah kami adalah pencapaian istimewa dalam hidupku. Ulang tahunku atau bukan, aku tetap merasa istimewa. Hanya saja, karena ini hari ulang tahunku, aku bisa menulis sambil agak mellow. 


Tak berhenti bersyukur atas berkah tak berkesudahan sampai hari ini. Atas kesempatan menjadi apa yang aku inginkan, atas proses panjang dan berbagai sandungan yang tak jarang mengecilkan hati, dan atas semua kebaikan yang menyertainya. 


Terima kasih, Tuhan!