Rabu, 28 September 2011

polar bear

What do you feel seeing this oh-so-cute polar bear? Aku langsung jatuh cinta pas pertama kali liat di toko kain. Awalnya cuma lirik-lirik, pegang-pegang, sambil sibuk mikir bagusnya mau dijadiin apa. Akhirnya memutuskan untuk yang penting beli aja. Dibikin apa, masalah belakangan : )

Lucunya, setelah dibeli malah jadi kepikir pengen bikin ini-itu. Padalah belinya cuma semeter. Maka setelah bersemedi mencari wangsit, kuputuskan untuk bikin sarung bantal kursi, biar bisa jadi empat dengan tambahan sedikit sulaman! Disiasatinya dengan memakai kain lain untuk bagian belakang sarung bantalnya. Pilihan jatuh pada kain seprei yang aku beli di Oulu, Finland akhir tahun lalu. Warnanya matching sekali, seolah-olah mereka ditakdirkan untuk berjodoh. Polar bear you know, makhluk penghuni Kutub Utara dan itu tidak jauh dari Finland! Ooh, kebetulan yang indah.

Sekarang tinggal cari (curi) waktu untuk mejahitnya... hmmm... *sambil liat kiri-kanan.



mid september quick sewing

Awalnya karena laptop case ku yang rusak resletingnya. Ini urgent, karena laptop ini kubawa pergi kemana-mana bukan dengan tas khusus laptop. Biasanya masuk begitu saja ke daypack-ku. Makanya laptop case kuanggap penting untuk lebih melindungi laptopku.

Akhirnya setelah browsing-browsing sebentar, lalu pilih-pilih bahan, maka jadilah laptop case pertamaku. *maaf untuk kualitas foto yang buruk. Sepertinya memang harus menabung untuk membeli kamera lagi : (




Laptop case ini memakai lurik Jogja yang cantik untuk sisi luarnya, dan linen katun ala Cipadu untuk liningnya. Juga pakai lapisan busa tipis untuk melindungi laptopnya. Agak kebesaran. Entah, kenapa bisa aku salah ukur, hehehe... Tapi oke juga kok. Malah karena terlalu besar itu, aku masih bisa masukin buku catatan atau bahkan kabel laptopnya.

Luriknya hasil hunting di Pasar Beringharjo tahun lalu. Bentuk utuhnya adalah selendang. Selendang yang biasa buat menggendong bakul atau bawaan lainnya, untuk tukang jamu, penjual makanan tenongan, atau kuli-kuli pasar (perempuan) di Beringharjo. Jadi kain ini mewakili perempuan-perempuan kuat. Semoga aku menjadi salah satunya.

Dan, kepalang tanggung buka mesin jahit sekaligus melunasi janji (ke diriku sendiri sebetulnya) untuk menjahitkan sepatu baby Lionel. Kebetulan, besoknya kami akan menghabiskan waktu di Kranji. Rapat Besar Sokola, judulnya. Hmmm... menjalankan Sokola adalah kenikmatan lain, selain menjahit ; )



Have a nice day, anyone!


Kamis, 08 September 2011

sewing with Beia

Ini cerita mudik lebaran. Ke Jogja. Ketemu dua keponakan, yazi dan beia. Menyenangkan. Bermain bersama mereka hampir setiap hari. Dan paling menyenangkan lagi, Beia ternyata sedang curious dengan alat-alat menjahit mama. Kebetulan, aku bawa seperangkat alat jahit dan sulam, juga beberapa potong perca kain. Rencananya, mau sempetin menjahit sepatu bayi untuk beberapa teman, dan juga sarung bantal ballerina untuk ballerina Teh Pipin (hutang lama, niy).


Sepatu-sepatu bayi itu sepertinya tidak ditakdirkan dijahit di Jogja. Acaranya jadi jahit menjahit dengan Beia. Senang pas Beia dateng ke rumah dan langsung nodong, "Beia mau jahit..." Tiga kali acara menjahit dengan Beia, sayangnya cuma satu yang sempet kefoto, untungnya yang paling istimewa.

Jahitan pertama dan kedua, dengan bahan-bahan terbatas di rumah, kami menjahit kupu-kupu dan kapal, sesuai dengan permintaan Beia. Bentuknya berupa kain yang dipotong bentuk kupu-kupu dan kapal, lalu diisi kapas. Beia dapet jatah menjahit sesukanya di sisi depan kupu-kupu dan kapas. Dengan benang pink, tentunya. Itu benang sulam satin yang aku bawa untuk menyulam sarung bantal ballerina. Untung bawa benang pink, karena beia, maunya apa-apa yang pink... Kayak siapa ya? hihihihi...

Sehari sebelum meninggalkan Jogja, aku browsing ide menjahit untuk Beia. Dan pilihan jatuh pada boneka kaos kaki dari blog cemprut. Dan Beia lansung setuju begitu aku tunjukin gambarnya di internet.

Dan inilah Beia yang serba pink, dan boneka monyet. Beia yang pilih kaos kaki dan kancing untuk matanya. Kami beli kapasnya bareng di minimart dekat rumah. Beia juga menjahit matanya lalu aku perbaiki tanpa menghilangkan bekas jahitannya. Dia cuma protes kenapa monyet ini ngga punya hidung. So, aku bikinin dua lubang hidung kecil :D


Tiga foto berikut, difoto sendiri sama Beia dengan application retro cam di handphone. Aku bener-bener takjub, karena dia sudah punya sense untuk komposisi fotonya. Beneran, dia sendiri yang mengatur pose bonekanya dan memotretnya. Umurnya belum lagi empat tahun!




Selamat lebaran semuanya. Maaf lahir batin, ya...