Sabtu, 23 Juli 2011

I found heaven!

Hey, I am back!

Aku baru keluar rimba. Berbeda dari kunjungan sebelumnya yang cuma melulu di Makekal Hulu - lokasi Sokola Rimba kami - dan sekitarnya, kali ini aku berjalan melintasi separuh hutan Bukit Dua Belas ini. Berjalan kaki: 5 teman seperjalanan, 4 hari, 53 km, dan 90 pacet.

And here are what I've found:

Tim seperjalanan. Minus fotografer tentunya, tapi dia ada di foto berikutnya. Fotonya diambil di lokasi bermalam kami yang ke dua, di Air Behan. Lokasi terbaik selama perjalanan. Di sekitar camp kami adalah bekas-bekas rumah Orang Rimba yang ditinggalkan melangun. Rupanya baru ada beberapa kematian di sini. Dari ladang-ladang mereka, kami mendapatkan makan malam daun singkong.

Ini caraku melewati batang titian menyeberang sungai. Lebih aman untukku yang bermasalah dengan keseimbangan :p Beberapa sungai yang tidak terlalu lebar, meski dengan kayu titian yang lebih kecil, berhasil aku seberangi dengan jalan biasa, dengan bantuan Mijak.

Pedicure begitu berhenti untuk bermalam. Membersihkan luka-luka perjalanan agar tidak infeksi. Banyak sekali luka untuk pejalan yang suka nubruk-nubruk sepertiku: kena pacet, kena duri, atau bentol karena digigit selembedo - jenis semut yang kalau menggigit rasanya seperti tersundut bara api. Bayangkan kalau yang gigit lima ekor selembedo sekaligus. Dan itu terjadi padaku.
Untungnya selembedo jarang-jarang. Tidak seperti pacet yang senantiasa menemani perjalanan. Kami masing-masing punya cara untuk menyiksa pacet, apalagi kalau binatang itu sudah berhasil mengisap darah kami. Aku lebih suka memutus pacet dengan tangan kosong, atau kalua mau lebih kejam pakai gunting pisau victorinox. Kadang dibakar pakai korek api atau disundut rokok. Kak Butet biasanya suka gigit pacet kalau sudah sebel sekali.


Kami beberapa kali melewati sungai: menyeberang, atau menyusur. Aku suka saat-saat berjalan di sungai. Apalagi ketika sungainya jernih dan tertutup kanopi. Rasanya seperti menemukan surga!


Kamis, 14 Juli 2011

quick sewing on wednesday morning

Rabu kemarin memang sengaja bangun pagi-pagi dan langsung buka mesin jahit. Harus. Karena malamnya ada acara dan baju yang mau kupakai harus direvisi karena sudah agak kekecilan. Agak? Hmmm... nggak terlalu pentinglah masalah berat badan. Lusa juga masuk hutan, dan berharap - kalaupun berat badan tidak turun - badan akan lebih sterek karena pasti akan berjalan dan bergerak lebih banyak di sana.

Dan kepalang tanggung buka mesin, aku pun cari-cari ide menjahit barang lain. Kebetulan HP baru (cieee...) belum punya temen. Dengan material maksa (seadanya) setelah gresek-gresek sana-sini akhirnya terdapatlah:
- Kain merah sisa bias tape yang kubikin waktu itu. Ternyata tidak cukup panjang untuk jadi satu tali HP.
- Perca kain sisa sarung bantal, lalu aku sulam 'intimate' (nggak ada ide lain, sih) yang agak acak adut.
- Ring besi kecil, aku lepas dari kuncinya.
- Tali kecil untuk HP, pastilah bekas-bekas tali HP yang sudah rusak.

Maka terjadilah tali HP seperti ini:


Kalungkan di leher, to keep your intimate close.

Minggu, 03 Juli 2011

between you & me.

Tadinya mau jahit satu untuk kado. Tapi tanggung kayaknya. Sekalian gunting dan jahit. Tiga buah nursing cover selesai dalam dua hari, itupun ditinggal-tinggal. Sebelum mulai menjahit, aku mencari-cari tutorialnya di internet. Ternyata ngga ada ukuran patennya. Cuma, kebanyakan di internet nggak dibikin bolak-balik begini. Menjahit begini buat aku lebih mudah dan sekalian menutupi sisi belakang sulaman. And here they are: nursing cover for your intimate moment.

1. Bahan flanel kotak-kotak ini favoritku. Karena kotak-kotak tentunya. Bahannya halus dan dingin, demikian juga lapisannya katun voal. Tadinya cari warna abu-abu tua, tapi pas di toko ternyata warna ungu muda ini bisa bikin cerah.




2. Pasti berasa pernah liat kain batik ini. Betul, aku masih punya sisa kain batik garut ini setelah aku bikin jahitan baju pertamaku. Katunnya halus, juga lapisan dalamnya katun voal.



3. Nah, yang ini hasil hunting bahan ke Cipadu. Aku suka paduan warnanya: coklat dan hijau tosca. Dalemannya dapet di Mayestik dengan tone warna yang lebih muda, didominasi hijau telur asin.

Ketika dipakai untuk menyusui, maka ini benar-benar urusan antara ibu dan anak. Makanya aku bikin sulaman ini.