Minggu, 20 November 2011

scandinavian design fabric

Akhirnya aku tahu namanya, motif atau disain yang sederhana, tapi figur-figurnya sudah lama mencuri hatiku. Garis-garis minimalis tanpa banyak ornamen, bersih, dan simpel tapi cantik. Modernis. Artikel tentang Scandinavian Design, salah satunya aku dapat dari link ini. Dan semakin aku tahu, semakin aku menyesal.

Menyesal? Betul sekali. Tahun lalu aku ke salah satu negara Scandinavia, dalam badai salju yang menyebabkan pesawat delay sehingga aku cuma punya waktu 30 jam di Oulu, sebuah kota kecil di Finlandia yang saat itu bersuhu -20°C. Meski cuma 30 jam, meski matahari cuma ada 4 jam, meski salju tebal dan suhu sedingin itu, aku dan Dilla sempat berjalan-jalan ke pusat kota Oulu. Toko pertama yang kami kunjungi adalah Marimekko. Belum ke Finland kalau belum ke Marimekko. Coba intip websitenya ini, bisa mati berdiri, kan?

Oulu kota kecil dan sepi. Jauh dibandingkan Jakarta yang besar dan sesak. Bahkan Bandung, atau Cirebon, atau Klaten. Oulu jauh lebih sepi. Mungkin seperti Jogja awal tahun 80-an atau sebelumnya. Rumah-rumah berjauhan jaraknya. Gedung bandaranya pun mungkin tak lebih besar dari rumah nenekku di Jakarta. Tapi Oulu menyediakan wifi di seluruh kotanya, for free! Bisa diakses di jalan, di taman, di bis, di mana saja. Mungkin karena ada pabrik Nokia di sana, jadi kota itu dibikin melek teknologi.


Anyway, kami ke kota pas langit gelap meski baru sekitar pukul dua siang. Di Marimekko pertama yang kami kunjungi (kota kecil itu punya beberapa toko atau outlet Marimekko, dan aku juga masuk 2-3 di antaranya) itu aku hampir pingsan liat barang-barang bagus. Mulai dari pernik-pernik kecil seperti dompet koin, pakaian, sampai kain-kain lucu. Harga-harganya cukup mahal, dibanding produk IKEA misalnya. Semeter kain Marimekko paling murah 15e. Makanya aku pikir panjang untuk membelinya.

Kami sempat juga mampir ke semacam departmen store dan melihat-lihat perlengkapan rumah. Aku udah pegang-pegang berbagai macam sprei waktu itu. Harganya mulai dari 7e untuk satu sprei single atau duvet cover, menurutku nggak mahal dengan kualitas 100% katun. Awalnya aku pilih kain dengan motif binatang-binatang yang sumpah, lucu banget. Ngga tau kenapa, akhirnya aku beli kain polos -dengan warna coklat yang tidak pasaran memang, tapi tetap menyesal karena ngga beli kain motifnya... huhuhu...

Penyesalan ketiga, setelah marimekko dan sprei motif, adalah peralatan rumah/dapur yang tak kalah lucu. Juga di supermarket itu, jadi kebayang kan kalau harganya sebetulnya ngga terlalu beda dengan di Jakarta. Ada table mat, taplak, korden, bahkan serbet dapur pun punya disain yang keren. Sayang, aku ngga beli meskipun nongkrongin tempat itu lama sekali.

Kalau ketemu Mak Dalton, pasti dia akan ulangi nasehatnya yang terkenal, "Lebih baik menyesal beli, dari pada menyesal ngga beli." Dan harus kuakui kebenarannya. Menyesal membeli sesuatu biasanya jangka pendek, tapi menyesal karena ngga beli itu bakal berkepanjangan... Apalagi Dilla udah selesai sekolah dan kembali ke Jakarta. Aku juga ngga tau kapan lagi dapat gratisan ke Eropa seperti waktu itu. Sedih kaaannn...

Tapi baiklah, ada bonus-bonus kecil yang menghibur meski tak bisa menggantikan (tetep). Setelah kain Ikea yang udah aku jahit jadi tas, Dilla lagi-lagi beliin kain Ikea. Meski bukan dari Finland, tapi Malaysia.

Motif binatang-binatang ini banyak dijiplak di sini, tapi kain aslinya katun halus.

Ini bukti kalau kainnya beneran Ikea ; ) Ngga tau kenapa, meski udah di rotate, tetep aja kembali ke format seperti ini pas di-upload.

Oya, ada satu project menjahit weekend ini yang memakai kain Ikea. Sisa bagian tepi kain kanvas cantik ini aku coba bikin dompet yang pakai pengunci besi. Ternyata memasang behel besinya ngga semudah yang dibayangkan. Ini percobaan ke-dua. Ngga terlalu rapih. Nanti aku coba lagi. Mudah-mudahan lebih bagus.


Selamat menyambut hari senin!

Selasa, 08 November 2011

kalap

Tawaran Hani untuk ikutan bazaar di Kemang Desember nanti kumanfaatkan sebagai pembenaran untuk belanja kain! Huehehehe... Ini salah satu kesenangan tersendiri, bahkan membuatku tidak tertarik lagi ke mall. Maka mulailah aku -sejak akhir Oktober lalu- jalan-jalan ke Cipadu, ke Mayestik dan ke toko-toko kain online di facebook.

Sayangnya Cipadu lagi ngga cihuy. Aku ngga nemu motif kain yang aku mau: katun, lucu, bukan bunga. Akhirnya cuma beli kain kotak-kotak dan polos untuk lapisan kalau bikin apron bolak-balik. Padahal dua kali ke Cipadu loh (Bangga, gitu? Hehehe...).

Selesai Cipadu, naik angkot ke Mayestik dan dapet kain ini:


Sebetulnya ini juga hasil dua kali jalan ke Mayestik. Hihihihi... Gara-garanya kain hitam motif paprika kupikir cukup keren setelah dijahit jadi celemek. Langsung kebayang-bayang kain yang sama warna biru. Sekalian aja beli kain padanan untuk sisi sebaliknya, dan beberapa kain polos yang lain.

Lalu kain ini dibeli di toko kain di facebook. Kainnya halus dan gambar kambing-kambing yang memang kucari untuk proyek sarung bantalku.


Sebetulnya ada lagi kain motif binatang yang aku beli online, tapi keburu kepeking sebelum difoto, dan udah jadi sepasang sarung bantal dan sleeping mask. Hmmm... belakangan emang lumayang produktif menjahit (memuji diri sendiri).

Lalu motif viking dan black heart skull berikut aku beli di toko facebook yang sama. OMG, lucu sekali. Sayang viking biru request Dodi udah nggak available.



Tepat setelah dua kain di atas sampai ke rumah, aku berjanji pada diri sendiri untuk tidak membeli kain dulu sampai kain-kain yang sudah ada terjahit. Tapi...





Lucuuu kan, empat kain terakhir memanggil-manggil waktu aku jalan-jalan di Bandung - meskipun nyengaja jalannya ke toko kain. Hehehe... Dari deretan toko kain di sana, cuma satu toko yang aku kalap liat kain-kainnya, dan menyesal kenapa cuma beli empat motif ini. Padahal masih ada motif lain: meteran, rugby, serangga yang gede-gede, ikan, daaaaannn lain-lain.

Bulan depan mudik ke Bandung lagi, ah ; ) Setelah bosen kuliner, distro dan factory outlet, toko-toko kain jadi tempat tujuan baru di Bandung!