Selasa, 27 Desember 2011

baby blanket

Finally, aku membuat selimut bayi! Sebelumnya, aku punya banyak ide tentang selimut bayi ini. Mulai dari sulaman penuh, kain ini dan kain itu. Belum juga terealisasi dengan banyak alasan. Tapi kemarin, aku jalan-jalan ke Mayestik dan mendapatkan kain patchwork yang bisa dibeli meteran. Kain jenis ini, aku sudah sering lihat tapi baru kali ini benar-benar jatuh hati karena warnanya memang cantik dan jenis katun untuk patchworknya juga bagus.

Sayangnya aku cuma beli satu meter dan satu motif. Karena motif lain, menurutku, biasa-biasa saja. Baru setelah selimut ini jadi, aku terpikir untuk beli warna birunya sekalipun menurutku biasa saja. Toh, setelah disulam dan dijahit, pasti akan jadi luar biasa! ; )


Pada bagian muka aku sulam dengan benang pink dan oranye: "Good night, sleep tight!"


Pada sisi dalamnya, aku memakai kain sejenis flanel tebal (pernel?) berwarna baby pink dengan motif sheep & snow. Sengaja aku tidak membuatnya dengan lapisan dakron supaya lebih praktis untuk dibawa-bawa. Dan memang ini selimut bukan untuk dipakai di tempat yang punya musim dingin. Meski demikian, selimut ini cukup hangat.

intimate baby/infant blanket 1 x 1 meter
IDR 145.000

Senin, 26 Desember 2011

to keep your intimate close

Aku selalu menambahkan tali di HP ku, dan sebetulnya juga di beberapa barang lain seperti pisau lipat yang selalu kubawa kalau ke hutan, flash disk, kunci, ID card, dan lain-lain. Benda-benda kecil yang tidak ingin ketinggalan dan tentu saja, supaya praktis dibawanya.

So, hari ini aku menyelesaikan empat intimate straps, to keep your intimate close (aiihhh... bisa aja tag-nya... ).

jeans intimate strap with embroidery @ IDR 20.000

Masing-masing bertuliskan:

Seize the day! (sulaman hijau dengan kancing putih)
Wish me luck (sulaman baby pink dengan kacing putih)
Sapere aude! (sulaman pink, kancing merah - not for sale)
Good day! (sulaman krem dengan kacing cokelat muda)


Tali ini sangat praktis, you know, apalagi bagi yang kurang rapih menyimpan barang-barang kecil di tas. Talinya akan memudahkan di cari di dalam tas yang berantakan (percayalah). Atau kalau kita termasuk orang yang tidak suka menyimpan sesuatu di kantong celana, maka dikalungkan ke leher adalah penyelesaian yang praktis.

Mau coba?

Minggu, 25 Desember 2011

ur intimate when it is cold

Aku memutuskan untuk meliburkan diri mulai dari kemarin, sampai 1 Januari nanti. Dan selama libur itu, aku berjanji untuk menyelesaikan proyek-proyek menjahit yang terbengkalai. Ternyata banyak juga jahitan setengah jadi yang tinggal diberi sentuhan akhir, tapi aku kadung males menerukannya. Juga proyek-proyek menjahit lain yang bergentayangan di kepalaku dan belum sempat dikerjakan.

Proyek pertama yang terselesaikan semalam adalah sepasang syal ini. Satu syal sebetulnya sudah selesai sejak lama. Lama sekali, sampai aku lupa kapan tepatnya. Hehehe... satu syal lagi, sudah setengah jadi dan benar-benar kuselesaikan semalam.


Ide untuk membuat syal ini muncul pas liat kain bolak-balik. Kainnya halus, dan bukan print. Tenunan yang agak longgar memudahkan aku membuat pilinan di kedua ujungnya. Manual semua, loh. Juga sulamannya. Memberi kehangatan untuk pemakainya, apalagi sekarang sedang musim hujan.


Kenapa sulaman cangkir dan rumah? Aku cuma membayangkan, apa yang paling diinginkan saat berjalan menembus dingin dalam balutan syal ini. Tentu saja cepat-cepat pulang ke rumah dan menyeduh secangkir teh atau kopi. Hangat. Kehangatan rumah dan secangkir minuman panas itulah yang dimediasi dengan sepasang syal ini.


So, here they are. Ur intimate when it is cold. Tersedia dalam dua ukuran.
  • 35 x 175 cm, dengan sulaman cangkir, IDR 45.000,-
  • 70 x 160 cm, dengan sulaman rumah, IDR 65.000,-

Dua-duanya keren. Bisa dipakai untuk syal, selendang, atau jilbab.


Selamat hari Natal bagi yang merayakan!

Kamis, 15 Desember 2011

copenhagen houses

Inilah intimate #17 Copenhagen houses. Sebetulnya tidak terlalu istimewa karena sarung bantal kali ini tanpa sulaman. Itu karena kainnya sudah cantik sekali: motif rumah-rumah yang menjadi ciri khas Copenhagen.


Bandingkan dengan rumah-rumah di Copenhagen dalam foto ini.

foto diambil dari sini

Selain gambar rumah-rumah khas Copenhagen, di bagian bawah juga ada motif snow flakes. Snow flakes ini bisa ditemui di tempat-tempat yang musim dinginnya kering (tidak lembab). Aku menemukannya di Finland. Dan aslinya, snow flakes ini cantik sekali. Masing-masing punya motif berbeda.

Sarung bantal ini sebetulnya hasil ngembat dari kamar kos Dilla di Finland dalam petualangan 30 jam di sana. Hanya saja, ukuran bantal di sana berbeda dengan umumnya bantal di sini. Terlalu lebar, dan panjangnya juga lebih sempit. Karena itu sarung bantal ini lama tidak aku pakai. Tapi minggu lalu, baru aku sadar kalau sarung bantal ini menyisakan sekitar 30 cm untuk bagian lipatan dalamnya. Artinya, kalau jahitannya dibongkar, akan cukup untuk membuat sarung bantal yang sesuai dengan ukuran standar panjang bantal di sini, 70 cm, dan masih ada sisa sekitar 10 cm untuk lipatannya. Lalu, tunggu apa lagi?

Bagian lebarnya, lebih lebar dari sarung bantal di sini, tetapi sayang sekali kalau motif snow flake-nya harus dipotong. Maka aku biarkan saja sarung bantal ini terlalu lebar. Tidak terlalu mengganggu. Malah, lebih lengkap sarung bantal ini mengantarkan mimpiku untuk bisa mengunjungi negara-negara Scandinavia lagi - untuk hunting kain dan Marimekko... Hehehe...

Satu lagi foto deretan rumah warna-warni. Ini hasil perjalanan ke Makassar kemarin. Sepintas mungkin bisa dibandingkan dengan deretan rumah-rumah Copenhagen. Tapi situasinya sungguh berbeda.


Ini pemandangan dari tepi Jalan Metro Tanjung Bunga di Makassar, tepatnya di seberang Celebes Convention Centre. Rumah sekolah kami, berada paling kiri. Perkampungan yang masuk dalam wilayah kecamatan Mariso yang merupakan kecamatan terpadat di Makassar ini dulunya berada di pesisir. Proyek reklamasi yang dimulai sejak tahun 1997 telah menimbun kawasan pesisir Mariso, disusul dengan pembangunan fisik lainnya seperti jalan, hotel, mall, wahana permainan berbayar, dan lain-lain. Reklamasi pula menutup akses saluran irigasi kota, menyebabkan sampah menumpuk di sekitar permukiman.

Sokola mulai berkegiatan di sana sejak akhir tahun 2004, berawal dari program literasi, beasiswa sekolah, PAUD, kelas lifeskill, dan lain-lain. Hingga kini, tak kurang dari 1.000 anak dan remaja telah berpartisipasi di sana. Dan setiap tahun, setidaknya ada 100 anak dan remaja yang berkegiatan di tempat kami.

Awal bulan ini, aku ke sana dengan Dilla dan mendapatkan kabar buruk: pemilik tanah tempat rumah sekolah kami berdiri, meminta kami pindah pada bulan Mei 2012 nanti. Mungkin kami harus maklum, harga tanah di sana terus meningkat dan siapa tidak tergiur. Tapi persoalan pindah bukan perkara mudah. Pertama, tidak mudah untuk menemukan lokasi yang cukup luas di kampung padat itu yang bisa menampung kegiatan kami. Kedua, kami tidak punya cukup uang untuk membeli atau mengontrak tanah lain karena sebetulnya bangunan rumah ini merupakan milik kami (bukan milik si tuan tanah) yang bisa dibongkar pasang (knock down). Ketiga, bingung juga mau diapakan rumah ini? Ditinggalkan untuk menjadi milik si tuan tanah rasanya kok tidak mungkin. Keenakan dia, dapat bangunan yang terdiri dari kayu-kayu bagus yang kalau dijual tentu nilainya lebih tinggi dari sekadar uang kontrak tanah selama lima tahun. Mau dijual? Adakah yang berminat?

PR ini cukup menguras pikiran. Sepertinya 2012 akan menjadi tahun yang menuntut kerja keras. Semoga bisa terlewati dengan baik. Dan anak-anak, di manapun Sokola berada, tetap bisa berkegiatan.

S.O.S. - Support Our School!

Jumat, 02 Desember 2011

S.O.S

Selamat bulan Desember. Semoga ada kejutan akhir tahun untuk kami. Kami - maksudku Sokola. Mungkin ini menjelaskan kenapa akhir-akhir ini sulit sekali untuk menjahit, dan pada akhirnya aku mungkin akan mengundurkan diri dari bazaar yang pada awal November aku sambut dengan antusias. Nyatanya, aku tidak sempat menjahit. Tepatnya, sedang tidak punya hati untuk menjahit. Semua hati dan pikiran tercurah memikirkan kelangsungan hidup empat sekolahku yang sekarang berjalan, 11 volunteer, dan 300-an murid/beneficiaries kami.

Aku membuat banyak proposal, dan mendistribusikannya melalui teman ke teman. Berharap ada email atau telfon yang menyatakan kesanggupannya membiayai satu atau lebih sekolah kami. Aku tahu aku tidak bisa banyak berharap dari pekerjaan ini. Tapi aku tahu, sekolah kami menjadi harapan bagi 300-an murid dan komunitas di tempat kami berada.

Memang sulit. Tapi aku mencoba untuk tetap optimis. Bukankah hidup akan terasa hidup jika tak sekadar ada dan menggelinding? Bagaimanapun, ini pilihanku. Dan yang terbaik aku dapatkan. Mimpiku menjadi kenyataan.


Di hutan, di pulau kecil, di pesisir dan di tempat-tempat yang jauh lainnya, kutemukan keindahan ini.

Sementara menjahit adalah dunia kecil lain yang sama-sama aku sayangi. Dan ternyata, aku bekerja sungguh dengan hati. Itu makanya aku ngga bisa tenang menjahit selama beberapa minggu ini. Kain-kain dipotong, digambar pola sulaman, tapi ya sudah itu aja. Belum bisa berkonsentrasi penuh untuk menjahit dan menyulam. Cuma beberapa jahitan kecil untuk rasa penasaranku saja.



Aku akan menjahit lagi, segera setelah pikiranku lebih tenang.


S.O.S - Support Our School! For detail information, proposal, or meeting arrangement, please email to rumasokola@yahoo.com.