Minggu, 30 Oktober 2011

bersenang-senang hari ini

Masih dalam rangka mengurangi isi kepala, maka hari ini aku memutuskan untuk menjahit. Melihat ketersediaan bahan, akhirnya apron ini yang aku jahit duluan dari beberapa rencana proyek menjahitku.


Awalnya aku ngga suka kain hitam motif paprika ini. Berasa norak gitu. Tapi pas di toko kain, aku beli juga karena memang motifnya unik dan ngga pasaran (ngga ada di toko kain online... hehehe...). Untuk pasangannya, aku pakai kain kuning motif klasik yang sudah lama berdiam di kontainer. Dan hasil akhirnya aku cukup puas. Masih ada sisa kain untuk bikin satu celemek lagi!

Sabtu, 29 Oktober 2011

vintage flag bunting

Tadi malem ngga bisa tidur. Tiba-tiba kepalaku penuh dengan ide-ide menjahit. Kalau ngga mau tersiksa oleh ini itu yang berseliweran di kepala, maka pikiranku harus diringankan. Gambaran-gambaran jahitan dalam pikiran harus segera dikerjakan, atau setidaknya digambarkan di kertas. Karena memang udah lewat tengah malam dan mataku sudah capek, aku memilih menggambarnya di buku sketsaku.

Pagi tadi aku terbangun, lalu mencuci beberapa kain. Pengalaman menjahit bolak-balik yang sebelumnya mengajarkan aku untuk mencuci lebih dulu kain-kain yang mau dijahit bolak-balik. Aku toh ngga tau, kain mana yang bakalan mengkerut dan belum tentu kain sambungannya mengkerut dalam ukuran yang sama juga.

Salah satu yang terpikir tadi malam adalah membuat flag bunting. Itu, bendera kecil-kecil yang direnteng di tali. Setelah browsing sedikit, aku dapet beberapa teknik. Ada yang benderanya dijahit, ada juga yang cuma tanpa jahitan, atau digunting pakai gunting zigzag. Lalu ada yang dijahit langsung ke tali, ada juta yang dironce di tali. Pada akhirnya aku memilih versiku sendiri, dengan ukuran yang aku kira-kira sendiri. Maka mulailah aku memilih kain untuk bendera. Prioritasku adalah kain-kain yang hampir ngga pernah kupake. Lumayan, mengurangi isi kontainer ; )

Pas lagi motong kain, tiba-tiba teringat perca kain sisa kebaya (alm) Bude (panggilanku untuk nenek) yang kutemukan beberapa waktu lalu. Ting! Kepikir untuk bikin bunting flag dari kain-kain itu. Hampir semua kain Bude katun voal, atau paris mungkin. Aku ngga terlalu ahli jenis-jenis kain. Tapi dari kain-kain itu, kebanyakan kain impor bahkan ada yang merek Kanebo.

Tiba-tiba inget pas Bude lagi di rumah, dan mama nunjukkin beberapa kain. Bude - yang saat itu udah nggak terlalu mengandalkan mata lagi, cuma meraba kain-kain itu dan ia tau mana kain yang bagus (mahal) dan menyingkirkan yang jelek. Maksudnya tentu bukan motifnya, tapi jenis kainnya. Kain-kain dari serat alami seperti katun, linen atau sutra, tentu beda dengan serat tiruan seperti nilon atau polister.

Well, itu menegaskan kalau menemukan kain-kain Bude seperti menemukan harta karun. Seandainya tersisa potongan besar, pasti langsung aku bikin baju... Hehehe...

Baiklah, ini flag bunting yang aku bikin siang tadi. Aku jahit bolak-balik dengan kain polos atau motif sederhana. Jadi flag bunting ini punya dua sisi. Begitu selesai langsung buru-buru foto, sampai belum sempet ngerapihin sisa-sisa benangnya ; )






Have a nice weekend, everyone!

Selasa, 25 Oktober 2011

untuk Maro


Hening. Bahkan Pawas atau Dwi yang berjaga di rimba tak banyak menulis seperti waktu kehilangan anak perempuan tumenggung empat hari sebelumnya.

Aku juga tidak punya banyak kata-kata. Ini pertama kali buat kami. Sokola Rimba kehilangan seorang sahabat istimewa, murid, sekaligus guru. Selamat jalan bebet Maro. Beik-beik lah diria di halom kiyun.

Aku percaya, semangat Maro selalu menyala di hati teman-teman dan gurunya. Maro Bungo, bunga yang menyala.

Kamis, 20 Oktober 2011

travel diaper change pad

Kado buat baby Arkaan, untuk pertama kalinya aku bikin travel diaper change pad. Baby Arkaan sering diajakin ibunya ke kantor. Makanya kupikir bisa menjahitkan sesuatu yang berguna untuk dibawa-bawa. Pilihannya diaper change pad. Sempet browsing ke sana kemari, sampai akhirnya memutuskan membuatnya sesuai keinginanku.

Ukurannya termasuk besar untuk pad sejenis, dan untuk traveling mungkin. 50 x 75 cm. Sengaja. Kupikir bisa buat alas geletakan sekalian. Satu sisinya adalah kain flanel bermotif Bimbi dan sebaliknya handuk berwarna merah. Diantara keduanya, di dalam jahitan, ada parasit anti air. Pengennya, kalau satu sisi basah jadi nggak tembus ke sisi yang sebaliknya.

So, here it is. Mudah-mudahan Arkaan betah ; )


Rabu, 19 Oktober 2011

mates to hibernate

Akhirnya sarung bantal polar bear series kelar dijahit. Ada dua pasang, alias empat buah sarung bantal ukuran 40x40cm. All imported fabric. Untuk bagian depan, adalah katun bergambar polar bear yang cantik. Aku jatuh cinta sama kain ini. Karena sudah rame, aku cuma beri sedikit sulaman yang merespon motif polar bearnya. Iiihhh... suka banget.

Untuk bagian belakangnya, aku pakai kain sprei yang aku beli waktu di Oulu, Finland. Jauh, ya! Kupikir kedua kain ini berjodoh, karena sama-sama punya cerita tentang kutub utara. Polar bear sudah jelas beruang kutub, sementara Oulu, itu jaraknya cuma tiga jam dari kutub. Keduanya dibeli di waktu dan tempat yang jauuuhhh tapi ternyata matching! Ini yang namanya jodoh : )

Sepasang sarung bantal pertama, kuputuskan untuk menjualnya. Sulamannya seolah-olah terucap dari salah satu polar bearnya, "Hibernation right now" dan "Mates to hibernate." Betul, sarung bantal ini adalah teman-teman yang menyenangkan untuk kita berhibernasi sejenak dari rutinitas.

polar bear cusion pillowcases
40x40 cm
IDR 105.000 for 2


Sarung bantal kedua, aku putuskan untuk diriku sendiri. Mungkin salah satunya akan kuberikan pada seorang teman. Tapi baru mungkin. Entahlah, masih pikir-pikir. Hihihihi...


Have a relaxing hibernation!

menjahit baju

Oktober ini aku menyelesaikan dua baju. Dua-duanya aku suka. Pertama adalah dress yang polanya aku dapet dari burdastyle. Kainnya hasil kecengan di Cipadu. Tiga kali ke sana, ngecengin kain ini, tapi ama penjualnya nggak bisa ditawar. Dan ternyata cuma satu toko aja yang jual. Untung ketiga kali ke sana, kain itu masih ada. Mungkin emang jodohnya. Ngga nawar ngga papa deh. Tapi kainnya bagus banget. Kotak-kotak tenunan klasik (bukan print) merah-putih. Cantik. Saking cantiknya ngga rela kalau penjahit dapet percaya. Pokonya ngga mau rugi banget... : )


Jahitan kedua, aku pakai kain katun Jepang (bukan japan disain, loh) yang bener-bener halus. Sayang cuma beli semeter, padahal lebarnya cuma 110. Jadi ngga bisa bikin model macem-macem. Hasilnya, harusnya adalah blus halter. Tapi ngga sengaja malah jadi sabrina. Halah... Gara-gara ngga pake pola. Awuran aja. Tapi toh tetep bisa dipake. Aku janji pada diri sendiri untuk bikin yang bener-bener halter, dari kain batik Jambi yang aku punya.

I had so much fun sewing these!