Pulang mudik kembali. Tiga kata yang kurang lebih sama artinya. Setelah perjalanan demi perjalanan, pengembaraan imajinasi, dan berlalunya waktu, lebaran adalah saatnya pulang, mengalir kembali ke hulu - kemana kita dahulu. Dan ibu, adalah hulu dari kehidupanku.
Dan di Jogja, aku mengulik masa lalu. Ada teman-teman SD dan SMP. Sayang ketinggalan reuni SMA. Menemui keluarga besar. Kembali ke rumah, kembali ke kisah lama. Tapi juga terpaksa membuang sebagian kenangan setelah mendapati lemariku menjadi istana rayap. Sedih rasanya. Melengkapi rasa idul fitri tahun ini. Satu yang pasti, syukur yang tak henti mendapati setiap detik yang aku dapatkan hingga hari ini. Keindahan dan keajaiban hidup. Ketakjuban luar biasa pada Sang Pencipta. Terima kasih Tuhan....
Dan di Jogja, aku mengulik masa lalu. Ada teman-teman SD dan SMP. Sayang ketinggalan reuni SMA. Menemui keluarga besar. Kembali ke rumah, kembali ke kisah lama. Tapi juga terpaksa membuang sebagian kenangan setelah mendapati lemariku menjadi istana rayap. Sedih rasanya. Melengkapi rasa idul fitri tahun ini. Satu yang pasti, syukur yang tak henti mendapati setiap detik yang aku dapatkan hingga hari ini. Keindahan dan keajaiban hidup. Ketakjuban luar biasa pada Sang Pencipta. Terima kasih Tuhan....
Dan kubawa dari rumah, dua teman menjahitku yang lama aku tinggal di rumah Jogja.
Bantalan untuk jarum. Kubikin iseng dari kain belacu sisa.
Mesin jahit mini, Singer. Hadiah dari Bapak.
Ada cerita sarung bantal dalam cerita lebaran. Ketika banyak teman dan kerabat menanyakannya. Tunggu ya, tunggu waktuku membuatnya... Dan pagi ini aku kembali menghilir...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar