Senin, 08 April 2013

surat cinta dari Papua

Sore yang panas ketika tiba-tiba sebuah sms masuk. Sms yang ditunggu-tunggu setelah seminggu tak ada kabar. Sms dari Papua. Dari Dodi, yang bersama Oceu melakukan assessment pendidikan di kampung Mumugu, desa Sawaerma, Asmat, Papua.

Jauhnya mungkin bisa dibayangkan. Mereka berangkat Senin malam tanggal 25 Maret lalu dengan rute Jakarta-Denpassar-Makassar-Timika. Mendarat pagi harinya di bandara Timika, kemudian lanjut ke Agats dengan pesawat kecil. Perjalanan dilanjutkan keesokan harinya dengan tiga jam perahu motor ke Sawaerma.

Ada apa di sana?

Mulanya adalah undangan dari Keuskupan Agats untuk merintis pendidikan alternatif di sana. Papua. Yang menurut data, memiliki tingkat buta huruf tertinggi se-Indonesia, sekitar 40%. Dan Mumugu sendiri, menurut data BPS, punya angka buta huruf hingga 75% dari populasi. Tapi itu yang tercatat. Kemungkinan lebih.

"So far so good. Bentar lagi kita punya Sokola Asmat!" Demikian laporan singkat perjalanan seminggu kemarin. Tiba-tiba saja kalimat itu menjadi energi yang membuat sisa sore menjadi begitu indah. Aku seperti terbang membayangkan kemungkinan itu di depan mata. Dadaku seperti dipenuhi bunga. Membuatku terus tersenyum sepanjang hari itu.

Mungkin rasanya seperti dilamar dengan cincin berlian. Itu kalau untuk orang lain. Tapi buatku, tidak ada yang lebih romantis selain membayangkan senyum anak-anak yang akan menjadi murid kita di sana. Membayangkan suara mereka mengeja kata. Membayangkan pondok kayu bertuliskan SOKOLA.

Sudah lama tidak merasakan seperti ini. Terakhir mungkin waktu Dodi ke Halmahera untuk merintis lagi program literasi yang sempat terhenti. Itu sebulan setelah pernikahan kami. Sebagai bonusnya, kami ketemu di Flores, karena kebetulan aku sedang monitoring program di sana. Lalu berakhir di rumah sakit. Malaria.

Tahun ini Dodi kembali lagi ke SOKOLA - dengan segala konsekuensinya untuk rumah tangga kami : ) Tapi perasaan ini, tentu tidak ternilai harganya. Pekerjaan ini, memang bukan cuma milik kami. Tapi perasaan ini sangat personal. Apalagi, hampir selalu Dodi yang menjadi perintis program di lokasi-lokasi baru. Aku selalu bersemangat menunggunya pulang dan bercerita tentang bakal sekolah kami.




Anyway, happy wedding anniversary Aa. Terima kasih untuk sekolah-sekolah kita, untuk senyum anak-anak, dan sapaan hangat warga yang menyambut. I love you and so proud of you!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar