Ini tentang Butet, yang pertama kali kukenal sekitar 11 tahun lalu saat aku pertama kali menginjakkan kaki ke Jambi. Setelah itu kami berbagi kamar. Setelah itu, kami banyak berdiskusi juga dengan Dodi, Oceu dan Willy. Setelah itu kami mendirikan SOKOLA, tepatnya pada 30 September 2003. Setelah itu, kami selalu bertemu.
30 Juli kemarin, pada malam setelah film Sokola Rimba ditayangkan di televisi untuk pertama kalinya, kami menerima kabar luar biasa: Butet Manurung terpilih sebagai salah satu penerima penghargaan Ramon Magsaysay 2014. Ini bukan saja kabar baik untuk Butet pribadi, tetapi juga kami semua di SOKOLA.
Kenapa Butet? Kenapa bukan kami yang juga mendirikan SOKOLA? Atau bahkan guru-guru lain yang pernah mengajar Orang Rimba di Hutan Bukit Duabelas? Ada juga yang bertanya seperti itu. Well, semakin tinggi pohon, semakin kencang angin. Tapi yang pasti, mereka tidak mengenal Butet dan bagaimana ia bekerja: mengoperasikan segenap intuisi untuk memahami komunitas, untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhannya menghadapi perubahan, dan untuk bertahan hidup di hutan. Dan paling penting adalah keberpihakan.
Tidak banyak orang yang mampu menghabiskan bertahun-tahun waktunya dengan tinggal di hutan, bahkan ada masanya ia ke rimba dengan biaya sendiri dan harus survival di rimba. Bukan karena tuntutan pekerjaan, atau gaji di akhir bulan. Dan aku masih ingat bagaimana matanya selalu berbinar-binar dalam setiap pertemuan dengan anak-anak di rimba. Lebih dari itu, 14 tahun membuktikan konsistensinya, bahkan tidak hanya di rimba. Melalui SOKOLA kami menjangkau komunitas buta huruf lainnya di Indonesia.
Aku mengenalnya sebagai orang yang berkemauan keras dan tidak punya kata lelah dalam kamusnya. Dengan energi yang sangat besar, Butet yang kukenal tidak akan berhenti berusaha hingga tetes keringat terakhir. Sering sepak terjangnya membuatku terengah-engah mengikuti. Tapi ya biarin aja, karakter itulah yang membentuk organisasi kami. Karakter itulah yang mengantarnya mendapat penghargaan. You deserve it!
Tak kalah menggembirakan adalah kabar kehamilannya yang sekarang menginjak usia tujuh bulan. Dan kemarin, Butet terbang ke Canberra untuk selanjutnya melahirkan di sana. Dan tidak ada yang lebih baik yang bisa kulakukan selain menjahitkan sesuatu untuk menyambut bayi yang akan lahir dari rahim ibu yang keren.
Tema ini muncul dengan tidak sengaja. Kain-kainnya dibeli di waktu yang berbeda dan tiba-tiba saja cocok untuk jahitan ini.
Temanya hutan. Hijau. Dan kebetulan aku memang suka mengumpulkan kain bermotif binatang dan pohon atau daun.
Fire-truck dijahitkan untuk mengingatkan ayahnya yang seorang pemadam kebakaran.
Selamat jalan sista, semoga sehat dan lancar persalinannya. Semoga kita ketemu di Manila akhir bulan ini. Very proud of you!