Sabtu, 11 Juli 2015

wearing ethnic

Aku suka kain-kain etnik. Membayangkan proses pembuatannya yang rumit. Semakin banyak sentuhan tangan dan lama prosesnya, kain itu menjadi semakin indah.

Aku suka memakai baju dari kain-kain cantik itu. Salah satu alasanku menjahit, agar aku bisa membuat sendiri baju dengan model yang aku suka, dengan kain-kain yang aku suka. Terus terang, di toko tidak banyak model baju dari kain etnik yang sesuai seleraku. Kalaupun ada, biasanya yang harganya mahal. Hehehe…

Ini adalah baju berlengan pertama yang kujahit. Terinspirasi dari model baju-baju India. Tanpa pola. Itu sebabnya bentuk lengan agak ketarik pas dipakai. Kainnya batik Jambi, dan sebagaimana batik Jambi yang dijual potongan per 2 atau 3 meter, selalu punya list. List ini yang memberikan ide untuk mencontek baju India.

Warna aslinya sebetulnya agak lebih gelap. Mendekati nude. Sepintas motifnya terlalu ramai, dan batiknya memang tidak halus. Tapi, aku merasa cantik setiap pakai ini : )



Berikutnya kain etnik dari Burma. Kubeli saat kesana untuk acara Regional Partner Meeting TdHG. Ini sebetulnya kain sarung. Perempuan-perempuan di sana masih memakai sarung untuk pakaian sehari-hari. Sekarang lebih modis lagi, mereka matchingkan dengan atasan senada. Kurang lebih seperti Aung San Su Kyii, tapi banyak variannya dan dengan warna-warna yang lebih berani. 

Ada berbagai kelompok etnik dengan motif kainnya sendiri di sana. Yang ini motif Kachin kalau tidak salah. Warna dasar hitam dengan aksen tumpal dari benang merah jambu. Aku dapat di saat-saat terakhir saat sudah putus asa muterin satu pasar. Tadinya iri dengan kain Kachin yang dibeli Tila, warna dasar merah dengan motif benang juga merah. 

Atasan tunik ini kujahit dengan pola yang diunduh free dari internet. Sengaja dibuat agak panjang, supaya bahannya kepake banyak. Sayang kan, sudah bagus, susah dapet, masa cuma sedikit yang dipakai. Karena pola jadi, jahitnya juga enak. Pas semuanya.


 

Selesai dijahit, langsung dipakai pas presentasi di Surabaya. 


Yang ini sebetulnya sudah lama dijahitnya. Kainnya tenun Makassar yang bisa dibeli meteran di toko-toko kerajinan/suvenir di sana. Ini kubeli waktu kunjungan ke Sokola Pesisir sekitar tahun 2012. Paduan warnanya cantik: merah bata, tosca, abu-abu dan sedikit kuning. Aku pakai di acara premiere film Sokola Rimba.



Lalu ada straight-cut sarouel pants yang polanya dapet dari Japanese Sewing Pattern Book. Pola-pola jenis ini simpel dan biasanya lurus-lurus aja. Hasilnya bagus dan nyaman. Kainnya batik solo bekas seragam  mantennya Bhas.

 


Sebetulnya ada satu celana lagi dari kain batik lasem yang mau kuceritakan di sini. Model popok yang cukup simpel dijahitnya. Sayangnya karena modelnya rumit, susah difoto kalau tidak sedang dipakai. Dan sayangnya sekarang sedang ngga ada yang bisa dimintain tolong untuk fotoin. Next time aku upload.

Pada akhirnya, aku menyimpulkan bahwa ethnic fabric never fail!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar