Selasa, 04 Agustus 2015

Menjahit Korden ala Penjahit Pemalas

Memasuki rumah baru. Yang pertama terpikir adalah jendela yang besar-besar, terutama di kamar tidur yang artinya wajib pakai korden. Wajib dan segera. Maka sebelum pindah, aku sudah mencari berbagai referensi tentang korden.

Untungnya sekarang rel dan perangkat korden tidak serumit jaman dulu. Kalau ingat rumah-rumah dulu, tipikalnya adalah dua lapis korden, masing-masing vitrase yang tipis dan tembus pandang dan baru tirai tebalnya. Belum lagi rel yang rumit, kordennya juga perlu dijahit khusus, dipasang besi bercabang tiga untuk pengaitnya, juga lipatannya yang mesti mati sehingga menghasilkan zig-zag yang rapi.

Tapi sekarang justru lebih sederhana. Dulu saja, jaman kuliah, aku membuat sendiri rel korden kamarku dengan memasang besi pengait (yang bentuknya seperti tanda tanya itu) di dua tepi kusen jendela, lalu dipasang kayu bulat yang dibeli di toko kayu sekalian minta mereka potong sesuai ukuran. Nah, sekarang juga banyak penjual rel korden yang model dasarnya semacam itu. Bentuknya macam-macam. Hanya saja, kebanyakan aku tidak suka dengan modelnya yang penuh ornamen. Pilihan warnanya juga keemasan dan keperakan.

Aku sungguh beruntung, IKEA baru saja membuka tokonya di Jakarta (eh, Serpong ding). Dan IKEA punya berbagai model rel korden yang simpel dan terjangkau. Aku juga segera browsing korden di website IKEA. Seperti biasanya, IKEA menawarkan range harga yang beragam. Harga termurahnya bisa dibilang terjangkau. Tapi korden itu masalah kain. Dan aku, di mana-mana selalu kalau megang kain, pasti yang harganya mahal. Seperti di toko IKEA, tanganku terlanjur memegang korden yang harganya satu juta kurang seribu rupiah. Kalau sudah begitu, korden yang seharga 200an ribu langsung bikin ilfil.

Korden yang kupegang berwarna abu-abu berbahan linen! I always fall in love with linen. Tapi harga segitu ngga masuk budget, dan ngga masuk akal buatku. Jadi mending mundur aja. Bye bye korden linen…

Akhirnya memutuskan untuk mencari bahan linen (well, linen look, campuran poly alias kw) yang murah. Di mana? Tentu cipadu tempatnya. Sukur-sukur nemu linen beneran sisa industri garmen dengan harga miring. Tapi jalan menuju Cipadu sungguh tidak bersahabat belakangan ini, sejak pembangunan jalan layang ke Ciledug. Maka aku putar halauan ke Mayestik karena macetnya pun sama tidak masuk akalnya dengan harga korden linen di IKEA.

Setelah keluar masuk toko, ternyata di toko langganan lah akhirnya mendapatkan kain linen-look dengan harga termurah. Meskipun sempet pengen linen beneran yang harganya tiga kali lipat, tapi aku tidak tergoda. Kalau cuma satu-dua meter sih oke. Untuk jendela kamarku, aku butuh lima meter lebih!

Tips dari aku, untuk menjahit korden pilihlah motif kotak-kotak untuk menghemat waktu. Pertama, ngga perlu bikin garis untuk paduan menggunting bahan. Selian itu, pas bikin lipatannya juga ngga kuatir bakal miring. Ngga butuh penggaris! Aku bahkan mengukur panjangnya dengan menghitung ubin di mana kain digelar, lalu mencari garis terdekat untuk lipatan atau potong bahan.

Kain linen-look aku pakai untuk jendela kamar yang berukuran cukup besar. Butuh dua lembar korden yang masing-masing tingginya 2,4 meter. Lebar kainnya aku pakai semua, jadi tidak perlu memotong lagi. Justru bagus kalau kelebihan. Saat ditutup, kordennya masih akan bergelombang, tidak rata.




Untuk lubang rel-nya, aku menjahitkan pita-pita di bagian atas belakang. Hasilnya sangat menyenangkan. Sampai sekarang aku masih terus memandangi korden itu dengan bangga. Puas rasanya melihat korden itu bergelombang sempurna. Beda tipis dari korden IKEA yang harga sejuta :D



Korden kedua yang kujahit adalah untuk ruang kerja Dodi. Lebar jendelanya hanya 90cm. Dodi setuju kordennya flanel kotak-kotak. Yes! Cuma semangat menjahit ini yang susah. Aku paling malas untuk mengulang membuat jahitan yang sama. Apalagi cuma lurus-lurus dan besar. Itu membosankan. Penyakit pemalas!

Untung kali ini motif kotak-kotaknya lebih jelas. Mengurangi tingkat kesulitan. Dan karena malas menjahit pita-pitanya, aku putuskan untuk memakai ring yang sudah ada penjepitnya dari IKEA. Jadi, aku juma perlu menjahit empat sisinya saja... Hehehe…



Kali ini ternyata kordennya kepanjangan sekitar 10cm karena aku lupa ukuran jendelanya. Saking malasnya, korden baru kupotong hari ini - setelah lebih dari sebulan terpasang, mumpung mesin jahit sedang terbuka setelah kemarin aku menjahit bantal untuk Fazil. Itupun aku terlalu malas untuk mengganti benangnya. Padahal yang dulu juga malas ganti benang coklas sehabis menjahit korden kamar.


Bandingkan tingkat kesulitannya dengan yang di bawah ini. Kainnya dua macam disambung-sambung. Lubang relnya juga dijahit dari kain yang sama.


Ini korden ukuran jendela rumah sebelum renovasi. Kupasang di sini karena sudah malas menjahit korden lagi, meskipun agak risi melihat bagian bawahnya yang menggantung. Tapi ya, sudahlah. Kapan-kapan lagi menjahit korden. Hahaha!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar