Selasa, 25 Oktober 2011

untuk Maro


Hening. Bahkan Pawas atau Dwi yang berjaga di rimba tak banyak menulis seperti waktu kehilangan anak perempuan tumenggung empat hari sebelumnya.

Aku juga tidak punya banyak kata-kata. Ini pertama kali buat kami. Sokola Rimba kehilangan seorang sahabat istimewa, murid, sekaligus guru. Selamat jalan bebet Maro. Beik-beik lah diria di halom kiyun.

Aku percaya, semangat Maro selalu menyala di hati teman-teman dan gurunya. Maro Bungo, bunga yang menyala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar