Hening. Bahkan Pawas atau Dwi yang berjaga di rimba tak banyak menulis seperti waktu kehilangan anak perempuan tumenggung empat hari sebelumnya.
Aku juga tidak punya banyak kata-kata. Ini pertama kali buat kami. Sokola Rimba kehilangan seorang sahabat istimewa, murid, sekaligus guru. Selamat jalan bebet Maro. Beik-beik lah diria di halom kiyun.
Aku percaya, semangat Maro selalu menyala di hati teman-teman dan gurunya. Maro Bungo, bunga yang menyala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar